Selasa, 07 Februari 2017

Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi



MAKALAH
ANATOMI FISIOLOGI
PAYUDARA DAN PROSES LAKTASI
Dosen Pengampu: Novi Indrayani, SST, M.Kes

UNRIYO.png


                      Disusun Oleh:  Kelompok 2 ( DUA)
                                Kelas:  B13.2
         







PRODI D4 BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TA  2016/2017






KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atau Tuhan kami yang telah melimpahkan kasih atau rahmad-Nya, sehingga Kami dapat menyusun makalah tentang “Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian dari tugas Anatomi Fisiologi.
         Tersusunnya makalah  “Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi”  ini tidak terlepas dari bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Novi selaku dosen mata kuliah Anatomi Fisiologi
Kami  menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dalam menyusun makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Maka saran dan koreksi yang bersifat membangun sangat Kami butuhkan dari semua pihak.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat  bagi penulis sendiri  dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta 30 November 2016


Penyusun








DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………           
KATAPENGANTAR………………………………………………………            .. ………          
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..       

BAB I   : Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….           
B. Tujuan……………………………………………………………………………..            
C. Manfaat…………………………………………………………………………….          

BAB II  : Pembahasan
A.    ANATOMI FISIOLOGI PAYUDARA…………………………………….
B.     FISIOLOGI LAKTASI……………………………………………………...
C.     DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI……………………....
BAB III:  Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………..………................             B. Saran……………………………………………………………………………….             
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………            








BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
    Dalam istilah medik, Payudara disebut Glandulla mammae yang berasal dari bahasa latin Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Terletak sekitar iga kedua atau iga ketiga sampai iga keenam atau ketujuh. Ukuran normal 10-20 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram. Pada wanita hamil aterem mencapai 400-600 gram da pada masa laktasi sekitar 600-800 gram.

    Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Dilihat dari luar, payudara terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
1.      Korpus (badan), yaitu bagian yang besar,
2.      Areola, yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman,
3.      Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
      Secara mikroskopis payudara perempuan memiliki 3 unsur, kelenjar susu (alveolus) yang menghasilkan susu, saluran susu (duktus laktiferus) dan jaringan penunjang yag mengikat kelenjar kelenjar susu.

B. Rumusan masalah
1.      Bagaimana anatomi fisiologi payudara?
2.      Bagaimana proses fisiologi laktasi?

C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi anatomifisiologi payudara dan laktasi
2.      Untuk mengetahui dukungan bidan dalam pemberian ASI
3.      Untuk mengetahui tentang ASI ekslusif
4.      Untuk mengetahui komposisi gizi dalam ASI
5.      Untuk mengetahui manfaat pemberian ASI
6.      Untuk mengetahui upaya memperbanyak ASI
7.      Untuk menjelaskan masalah dalam pemberian ASI
8.      Untuk mengetahui faktor mempengaruhi keberasilan pemberian ASI

BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI PAYUDARA
      Dalam istilah medik, Payudara disebut Glandulla mammae yng berasal dari bahasa latin Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Terletak sekitar iga kedua atau iga ketiga sampai iga keenam atau ketujuh. Ukuran normal 10-20 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram. Pada wanita hamil aterem mencapai 400-600 gram da pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui. Biasanya akan mengecil setelah menoupouse. Pembesaran disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan timbunan jaringan lemak. Besarnya payudara tidak menjamin banyaknya jumlah air susu yang dihasilkan.

       Payudara berkembang sejak usia kehamilan kehamilan enam minggu dan cepat membesar karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Estrogen meningkatkan pertumbuhan duktus duktus dan ampulla sedangkan progesteron merangsang perumbuhan tuna-unas alveoli. Hormon-hormon lain seperti: prolaktin, growth hormon, adrenokostikosteroid dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar susu.

       Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Dilihat dari luar, payudara terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
a.       Korpus (badan), yaitu bagian yang besar,
b.      Areola, yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman,
c.       Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

      Secara mikroskopis payudara perempuan memiliki 3 unsur, kelenjar susu (alveolus) yang menghasilkan susu, saluran susu (duktus laktiferus) dan jaringan penunjang yag mengikat kelenjar kelenjar susu.

1. Korpus Mamae
      Payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobules terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing di hubungkan dengan saluran air susu atau system duktus sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting susu, akan di dapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah areola mammae duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus/gudang susu (ampula) di mana tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus.
        Tiap-tiap duktulus pada perjalanan selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka dan sel-sel accini yang menghasilkan air susu dan dikelilingi otot polos (miopithel) yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli. Alveoli juga dikelilingi pembuluh darah yang membentuk zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.
         Sedangkan stroma, jaringan penyangga pada korpus mamae tersusun atas bagian-bagian:
a.       Jaringan ikat
b.      Jaringan lemak
c.       Pembuluh darah
d.      Syaraf
e.       Pembuluh limfe


         Jaringaan lemak disekeliling alveoli dan laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Ukuran payudara besar atau kecil memiliki alveoli dan duktus laktiferus yang sama, sehingga dapat menghasilkan ASI yang sama banyaknya. Disekeliling alveoli juga terdapat otot polos yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keadaan hormon oksitosin menyebabkan otot polos tersebut berkontraksi.

2. Areola Mammae
      Putting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting dan areola terdapat ujung-ujung saraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui, dan daerah yang mengalami hiperpigmentasi lebih atau bagian tengah yang berwarna kehitaman. Warna kegelapan disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulit, dengan luas 1/3 atau 12 dan payudara. Putting susu mengandung otot polos yang, dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu.
      Pada umumnya puting susu menonjol keluar meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai puting yang panjang, datar atau masuk kedalam. Namun, bentuk puting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Pada ujung putting susu terdapat 15-20 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar seperti kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Kelenjar lemak merupakan kelenjar Montgomery yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap lunak dan lentur.Di bawah areola saluran yang besar melebar, disebut sinus laktiferus.Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran, terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.





3. Papila Mammae (Puting susu)
    Saluran susu bermuara ke puting susu, puting susu terletak setinggi kosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya variasi pula. Putting susu memiliki lebih kurang 20 ujung saluran susu yang  berhubungan dengan kelenjar yang berada di payudara. Jaringan penunjang terdiri dari jaringan lemak dan jaringan ikat yang berada diantara kelenjar susu dan saluran susu, agar menjadi kesatuan. Selain ketiga unsure tersebut, terdapat ligament yang melekat ditulang dada dan otot (musculus pectoralis mayor) yang berada di dasar payudara. Dengan bertambahnya usia, ligament ini akan kendur sehingga payudara akan tampak turun. Sementara itu otot berfungsi untuk menggerakkan payudara jika otot digerakkan, payudara akan ikut bergerak. Hal ini berarti otot berfungsi untuk menggerakkan payudara.
     Payudara juga berhubungan dengan kelenjar getah bening yang berada diketiak di atas tulang clavikula.Berfungsi sebagai benteng yang menyaring sel-sel yang meradang akibat infeksi.

B. FISIOLOGI LAKTASI
      Selama kehamilan hormon yang dihasilkan plasenta yaitu laktogen, korlogonadotropin, esterogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveoli dan duktus laktiferus di dalam payudara.Hormone laktogen dari placenta dan hormon prolaktin dari hipofisis (glandula pituitari) anterior merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi meskipun kadar prolaktin cukup tinggi karena di hambat oleh esterogen. Setelah persalinan, kadar esterogen dan progesterone menurun dengan lepasnya placenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh esterogen, maka produksi ASI pun di mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh menyusuinya bayi pada payudara ibu.
      Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuroendokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan merangsang produksi prolaktin yang memacu sel-sel kelenjar memproduksi ASI, sehingga semakin sering bayi menyusu semakin banyak prolaktin yang diproduksi sehingga makin banyak produksi air susu, proses ini dikenal dengan refleks prolaktin.
      Dengan bayi menghisap juga merangsang hipofisis (glandula pituitary) posterior mengeluarkan hormone oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel. Proses ini disebut refleks let down atau pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia buat bayi. Pelepasan ASI dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu.
       Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral dan antibody dari pada ASI yang telah mature. ASI mulai ada kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah melahirkan bayi, dan kolostrum berubah menjadi ASI yang mature kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusu, maka proses adanya ASI akan meningkat. Cairan colostrums terdiri dari albumin,yang membeku kalau di panaskan, dibandingkan dengan air susu. Colostrums lebih banyak mengandung protein dan garam, gulanya sama tetapi lemaknya kurang. Didalam colostrums terdapat immunoglobulin yang mengandung antibodies yang dapat menambah kekebalan anak terhadap penyakit.
                                                              
C. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI
      Bidan mempunyai peranan yang istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan
dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum yang terjadi. Peranan awal bidan didalam mendukung pemberian ASI adalah:
1)      Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya
2)      Membantu ibu agar dia mampu menyusui bayinya sendiri
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI dengan:
a)         Membiarkan bayi bersama ibunya segera setelah beberapa jam pertama. Bayi mulai menyusu sendii segera setelah lahir, sering disebut inisiasi menyusu dini.
b)        Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu.
c)         Membantu ibu pada waktu memberi ASI
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir.semakin sering bayi menghisap putting susu ibu maka pengeluaran ASI semakin lancar.
Posisi yang benar saat menyusui adalah :
1.      Berbaring miring
2.      Posisi duduk
3.      Tidur terlentang
d)        Menempatkan ibu didekat kamar yang sama (rawat gabung/roming in). rawat gabung merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat pada aspek fisik, fisiologi, psikologi, edukasi, ekonomi maupun medis.

e)         Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin dan tanpa di jadwalkan.
f)         Memberikan kolostrum dan ASI saja serta menghindari susu botol dan dot empeng.

1.      ASI EKSLUSIF
      ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi ( pengobatan penyakit ). ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi , hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf.
      Komposisi gizi dalam ASI terdapat antara lain: lemak, karbohidrat,protein,garam dan mineral serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua.

v  ASI mengandung zat protektif
            Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang mengalami sakit.Zat itu meliputi :
1.      Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, yang membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme).
2.      Latoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan kuman.
3.      Komplemen C3 dan C4
4.      Lisozim, Antibodi
5.      Faktor anti streptokokus, melindungi bayi dari kuman streptokokus
6.      Imunitas seluler, ASI mengandung sel sel yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim, dan laktoferin
7.      Tidak menimbulkan alergi.
2.      MANFAAT PEMBERIAN ASI
a.      Bagi Ibu
1.      Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofisis mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi esterogen, akibatnya tidak ada ovulasi.
2.      Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata  lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Maka timbunan lemak menyusut berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.
3.      Aspek kesehatan Ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu infolusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
4.      Aspek psikologis
Pemberian ASI dapat mempererat hubungan ibu dan bayinya, karena hal ini merupakan satu bentuk curahan kasih sayang ibu pada bayinya.

b.      Bagi Bayi
1.     Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
 Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir dan mengurangi obesitas.
2.         Mengandung antibody
     Kolostrum mengandung antibody yang kuat untuk mencegah terjadinya infeksi.
3.         ASI mengandung komposisi yang tepat
Berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup.Kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.



4.         Mengurangi karies dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula lebih tinggi  dibandingkan dengan yang mendapatkan ASI, karena menyusui dengan botol waktu akan tidur menyebabkan gigi akan keropos.

3.      UPAYA MEMPERBANYAK ASI
a.      Pijat Payudara / Breast Massage
            Perawatan payudara selama hamil berperan besar dalam mewujudkan tercapainya program ASI Eksklusif. Breast massage bertujuan untuk relaksasi dan membantu refleks mengeluarkan ASI. Breast massage sebaiknya dilakukan sedini mungkin yakni saat usia kehamilan 5 - 6 bulan. Dan jika umur kehamilan telah memasuki trimester ke-3, breast massage tidak boleh dilakukan karena dapat menimbulkan kontraksi rahim.Breast massage dapat dilakukan lagi setelah si buah hati lahir.

Cara Breast massage :
       Bersihkan payudara dengan air hangat, lalu pijat dengan menggunakan minyak (baby oil atau minyak kelapa / VCO).Pijat payudara dalam beberapa menit dari arah pangkal (atas) payudara menuju puting (bawah) dengan gerakan memutar pada satu area payudara. Lakukan hal yang sama pada area payudara yang lain . Pijat bagian atas dan bawah payudara dari arah pangkal ke arah puting, kemudian lanjutkan gerakan yang sama pada bagian samping payudara dari dada ke arah putting.

       b. Perawatan puting dan usaha menyusui secara langsung
           Puting susu menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, tidak jarang ibu merasakan putus asa untuk memberi ASI oleh karena masalah puting susu seperti misalnya puting susu lecet, puting susu gepeng, datar ataupun radang pada payudara yang sering disebut mastitis. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara melakukan perawatan secara rutin pada puting susu, dan usahakan menyusui secara langsung.
                                                       
c. Asupan Nutrisi yang optimal
           Nutrisi optimal merupakan salah satu modal persiapan menyusui.Konsumsi makanan yang bergizi tinggi dapat menghasilkan kualitas ASI yang baik sehingga dapat mencukupi kebutuhan Gizi pada bayi.

d.    Rajin mencari informasi
           ASI harus diperah minimal tiap 1 - 3 jam sekali, semakin sering diperah maka produksi ASI akan semakin meningkat. Produksi ASI sudah dirancang tidak lebih dan tidak kurang pada setiap bayi. Jika terjadi masalah dengan menyusu, dan masalah pemberian ASI sebaiknya dapat diatasi secara mandiri, maka dari itu seorang ibu harus lebih rajin membaca dan mencari informasi tentang cara menangani masalah menyusui, bahkan Anda bisa menjadi sumber informasi untuk masyarakat sekitar anda.
          Ingatlah bahwa pemberian ASI secara maksimal maka secara otomatis sang ibu telah mentransfer imunitas kepada bayi. Dan keputusan untuk menyusui bayi anda secara eksklusif merupakan keputusan yang sangat bijaksana.

4.       MASALAH-MASALAH DALAM PEMBERIAN  ASI
         1. Payudara Bengkak (Engorgement)
  Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
 Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.

Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut :
1)   Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
2)   Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
3)   Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4)   Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
5)   Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
6)   Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara.
7)   Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.
8)    Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudara.

 2. Kelainan Puting Susu
 Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.

      a)  Puting Susu Datar
     Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
                 
      b)  Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
      Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
     
      c)  Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut:
      1)   Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
       2)   Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
       3)   Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
      4)   Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).

Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah. Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
       a)   Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat yang dapat mengiritasi.
       b)   Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
      c)   Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting  tetap nyeri, sebaiknya dicari sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).




d)  Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.

Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain:
       1)  Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis)
      2)   Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
      3)   Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
 Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
                           
      e) Radang Payudara (Mastitis)
     Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses.Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.
      f)  Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan.Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat.Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat.Bayi dihentikan untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali.Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).

      g)  Air Susu Kurang
 Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi.  Hal ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.

      b.  Masalah Menyusui Pada Bayi
           Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung putingbayidengan kondisi tertentu seperti BBLRikterusbibir sumbingbayi kembarbayi sakitbayi dengan lidah pendek (lingual frenulum)bayi yang memerlukan perawatan.



      1.  Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya.Dan yang paling sering karena kurang ASI.

      2.  Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktorpemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.

Tanda bayi bingung puting antara lain:
      a)  Bayi menolak menyusu.
      b)  Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
      c)  Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.
    
      Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:
      1)  Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.
      2)  Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.

      3. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah.Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
                                    
      4. Bayi dengan Ikterus
     Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadarbilirubin dalam darah tinggi. Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:

      a)  Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
      b)  Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrumKolustrum membantu bayi mengeluarkanmekoniumbilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegahbayi tidak kuning.

      5.  Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi denganbibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum(langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Anjuranmenyusui pada keadaan ini dengan cara:
      a)  Posisi bayi duduk.
      b)  Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
      c)  Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
       d)  Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-langit).

      6.  Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position).Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian.Susuilah bayi sesering mungkin.Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.

      7.  Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkanmakanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diarePosisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
      8.  Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelahbayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.

      9.  Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI.Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.

5.      FAKTOR MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PEMBERIHAN
Di Indonesia sendiri Kementerian Kesehatan menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar 80% dianggap masih sulit terlaksana. Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI harus diantisipasi sejak awal seperti tahap-tahap berikut ini.
a. Inisiasi Dini
Pemberian ASI sejak dini sangat dianjurkan dilakukan oleh setiap ibu setelah melahirkan. Bayi yang lahir cukup bulan akan mempunyai naluri untuk menyusu kepada ibunya pada 20-30 menit setelah lahir. Minta bantuan perawat atau bidan Anda untuk meletakkan bayi di atas perut sesaat setelah dia lahir. Dia akan mampu mencari payudara dan menyusu dengan baik selama kurang lebih 50 menit.
b. Rawat Gabung
Jika tidak ada masalah medis, perawatan ibu dan bayi dapat dilakukan selama 24 jam bersama dalam satu tempat tidur atau satu ruangan. Kontak fisik yang sering dilakukan pada bayi akan menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI. Pastikan bayi dapat menyusu pada satu jam pertama setelah dia lahir. Ini akan berpengaruh pada keberhasilan pemberian ASI selanjutnya.
c. Memerah ASI
Jika Anda kesulitan menyusui pada awal kelahiran, minta perawat atau bidan untuk membantu Anda memompa atau memerah ASI. Biasanya dilakukan 10-20 menit tiap 2-3 jam sekali, hingga bayi dapat menyusu.
d. Berpikir Positif dan Ciptakan Suasana Menyenangkan
Buang emosi, rasa cemas, dan panik agar dapat memotivasi Anda dalam pemberian ASI. Bayi tidak akan mendapatkan cukup ASI jika hanya mengandalkan refleks prolaktin saja. Namun hormon oksitosin yang dipengaruhi pikiran dan perasaaan Anda, dapat merangsang otot saluran ASI agar berkontraksi dan kelenjar susu dapat keluar dengan lancar.
e. Menyusui Setelah Operasi Cesar
Keadaan tidak cukup sadar dan kondisi luka operasi salah satu hambatan dalam proses menyusui pada awal melahirkan. Bayi pun terpengaruh obat yang diberikan oleh ibunya sehingga dia akan sering mengantuk. Tetap susui bayi sesering mungkin agar proses menyusui sukses berjalan hingga akhir.
f. Susui Kapanpun Bayi Menginginkannya
Pada pagi hingga siang hari, susui bayi tiap 2-3 jam sekali, dan 4-5 jam sekali pada malam hari. Ini disebabkan lambung bayi berukuran kecil, sehingga membuatnya mudah lapar. Umumnya bayi menyusu selama 20-40 menit.
g. Atur Jadwal
Disela waku menyusui, Anda dapat beristirahat saat bayi sedang tidak menyusui. Semakin bertambahnya usia bayi, Anda akan mengetahui pola menyusui bayi, sehingga memudahkan untuk mengatur jadwal istirahat. Pola menyusui ini akan terus berubah sesuai dengan petumbuhan bayi.
h. Dukungan Keluarga
Keberhasilan menyusui juga dipengaruhi dukungan dari keluarga maupun suami. Terkadang banyak nasihat yang diberikan oleh orang tua, dan keluarga lainnya. Dengarkan pengalaman mereka sebagai masukan yang bermanfaat bagi program menyusui Anda. Bila menghadapi kritikan dan tekanan yang tidak mendukung dalam pemberian ASI, hadapi dengan bijaksana agar tidak menambah panik dan bingung.

DAFTAR PUSTAKA

Pitriani, Risa dan Andriyani,Rika. 2014.Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb III).Yogyakarta.Deepublish.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar