MAKALAH
BIOLOGI DASAR BIOLOGI PERKEMBANGAN
MASA PERIMENOPOUSE
Dosen Pengampu: Lenna Maydianasari
Disusun
Oleh: Kelompok 2 ( DUA)
Kelas: B13.2
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIV BIDAN PENDIDIK
TA 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Masa perimenopouse ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen
Mata Kuliah Biologi dasar Biologi Perkembangan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Masa Perimenopouse. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Sekiranya hanya ini yang dapat kami
sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan, akhir kata kami ucapkan
Terimakasih.
Yogyakarta,
14 November 2016
Hormat kami,
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………….
KATAPENGANTAR……………………………………………………… .. …………....
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….
BAB I : Pendahuluan
A. Latar
Belakang……………………………………………………………………….…
B. Tujuan…………………………………………………………………………………...
C. Manfaat…………………………………………………………………………………
BAB II : Pembahasan
1. Pengertian premenopause……………………………………………………………….
2. Fisiologi terjadinya
premenopause………………………………………………..…….
3. Tanda dan gejala
premenopause………………………………………………………..
4. Penilaian premenopause………………………………………………………………...
5. Tes laboratorium untuk
premenopause………………………………………………….
6. Kemungkinan komplikasi dari
premenopause…………………………………………
7. Faktor-faktor yang mempercepat
datangnya premenopause……………………………
8. Penanganan premenopause……………………………………………………………..
BAB III: Penutup
A. Kesimpulan
……………………………………………………..………...................... B. Saran……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah merupakan hukum alam bahwa setiap makhluk di dunia ini mengalami
proses penuaan. Pada manusia proses penuaan itu sebenarnya terjadi sejak
manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Berbeda dengan kaum pria,
proses penuaan pada wanita berlangsung lebih “dramatis”, terutama karena adanya
proses reproduksi dalam kehidupannya. Setelah kurang lebih 30 tahun lamanya
indung telur berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama
estrogen dan progesteron, maka pada usia sekitar 40-49 tahun fungsinya akan menurun.
Berkurangnya fungsi indung
telur tersebut berlangsung secara berangsur-angsur antara 4-5 tahun. Pada masa
ini, indung telur tidak peka lagi terhadap rangsangan dari otak, sehingga telur
tidak dapat berkembang lagi hingga matang. Dengan demikian jarang terjadi
ovulasi (pengeluaran telur) dan akhirnya berhenti. Indung telur sendiri
mengecil dan beratnya berkurang.
Produksi hormon wanita (estrogen)
makin lama makin berkurang sehingga haidpun menjadi tidak teratur dan akhirnya
berhenti. Setelah usia 40 tahun seorang wanita memasuki fase klimakterium, yang
berasal dari kata climacter yang berarti tahun-tahun
peralihan.
Klimakterium atau usia mapan,
berlangsung dari saat premenopause (kira-kira umur 40 tahun) yaitu pada masa
dimana ovarium berangsur-angsur menurun fungsinya dan berakhir sekitar usia 55
tahun. Pada usia sekitar 49 tahun terjadi menopause (mati haid).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian premenopause?
2. Bagaimana fisiologi
terjadinya premenopause?
3. Apa tanda dan gejala
premenopause?
4. Bagaimana penilaian
premenopause?
5. Apa saja tes laboratorium
untuk premenopause?
6. Apa kemungkinan komplikasi
dari premenopause?
7. Apa faktor-faktor yang
mempercepat datangnya premenopause?
8. Bagaimana penanganan
premenopause?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
premenopause
2. Untuk mengetahui fisiologi
terjadinya premenopause
3. Untuk mengetahui tanda dan
gejala premenopause
4. Untuk mengetahui penilaian
premenopause
5. Untuk mengetahui tes laboratorium
untuk premenopause
6. Untuk mengetahui kemungkinan
komplikasi dari premenopause
7. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempercepat datangnya premenopause
8. Untuk mengetahui penanganan
premenopause
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Premenopause
Premenopause adalah kondisi fisiologis pada
wanita yang telah memasuki proses penuaan (eging) yang ditandai dengan
menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat berperan dalam hal
sexualitas. Premenopause sering menimpa wanita yang berusia menjelang 40 tahun
ke atas. Menurut Depkes RI (1993) dan Levina (2002), Menopause adalah
perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormone dari otak
dan sel telur.
2. Fisiologi Premenopause
Dengan adanya pramenopause dan mengerti gejala-gejala
yang menyertai periode ini, kualitas hidup wanita pramenopause dapat diperbaiki
dengan baik. Meskipun pramenopause mempunyai pengaruh medis, pramenopause
sendiri belum dapat dikenali secara keseluruhan. Sebagian besar wanita hanya
mengetahui tentang menopause saja. Ketika wanita mengeluh adanya gejala-gejala
pada usia 40 tahunan dengan haid yang masih teratur, mereka sering salah
menginterpretasikan gejala-gejala tersebut. Perubahan pada kondisi ini dimulai
dengan meningkatnya populasi wanita usia 40-45 tahun. Sekitar 16 juta wanita di
AS berumur antara 40-54 tahun dan dengan perubahan waktu jumlah ini akan
mencapai 19 juta orang.
Diagnosa dan tersedianya penanganan yang sesuai untuk
gejala-gejala pramenopause tidak hanya memperbaiki kualitas hidup pasien selama
beberapa tahun sebelum haidnya berhenti, tapi juga mereka akan kelihatan
menjadi lebih aktif dan akan setuju dengan terapi sulih hormon selama masa
menopause. Tidak seperti menopause yang secara tepat didefinisikan sebagai
12 bulan sesudah haid berakhir, waktu untuk pramenopause masih belum jelas.
Sama halnya dengan terjadinya peningkatan absolut dari FSH dan penurunan
dramatis dari estradiol didefinisikan sebagai menopause, sedangkan pramenopause
ditandai dengan fluktuasi dari hormon yang didefinisikan sebagai “irregularly
irregular”.
Menurut WHO:
definisi pramenopause adalah 2-8 tahun sebelum menopause dan 1 tahun setelah
berakhirnya haid. Definisi kerja yang lebih baik seperti yang dikatakan Dr.
Bachman dkk pada suatu seminar pramenopause, yaitu suatu fase sebelum menopause
yang umumnya terjadi antara umur 40-50 tahun, dimana terjadi transisi dari
siklus haid yang teratur menjadi suatu bentuk siklus yang tidak teratur dan
periode amenore yang berhubungan dengan perubahan hormonal.
Pramenopause merupakan hal yang terjadi individual. Tidak
ada 2 orang wanita yang mempunyai pengalaman atau waktu pramenopause yang sama.
Tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variasi dari lamanya
pramenopause, tetapi baik McKinlay maupun Trealor menyatakan lamanya ± 4 tahun
dengan durasi berkisar 2-8 tahun. Secara klinik durasinya bisa saja 10 tahun.
Perubahan dari masa ovarium sepanjang kehidupan secara keseluruhan dipengaruhi
oleh umur dan perubahan-perubahan ini telah diperlihatkan secara jelas dalam
suatu penelitian oleh Tevilla, dimana telah diautopsi 706 pasang ovarium.
Tervilla menunjukkan bahwa berat ovarium meningkat secara perlahan dalam awal
perkembangannya, kemudian menurun secara tajam sesudah umur 35 tahun. Penurunan
masa ovarium ini menjadi lebih cepat setelah umur 45 tahun. Pengurangan folikel
primer dari ovarium terjadi secara terus-menerus mulai dari kehidupan fetus
sampai periode menopause. Pemeriksaan histologi dari ovarium wanita
pramenopause menunjukkan sejumlah pengurangan dari folikel primer, jarang pada
folikel skunder atau folikel Graff maupun korpus luteum (gambar 2). Penelitian
siklus haid selama pramenopause menunjukkan bahwa interval intermenstruasi
kurang berarti sebelum onset dari siklus haid dengan jelas berhubunngan dengan
stadium lanjut dari pramenopause. Dilaporkan terjadi pengurangan 3 hari dalam
interval intermenstruasi seorang wanita. Percepatan folikulogenesis merupakan
penyebab dari proses ini. Dibandingkan dengan wanita muda, level FSH meningkat
pada wanita pramenopause. Ini dapat diartikan sebagai kompensasi akibat
menurunnya folikel ovarium atau sebagai akibat menurunnya sekresi dari inhibin.
Pengukuran FSH dan estradiol yang
sangat bervariasi selama periode ini dan nilai kliniknya yang terbatas, tidak
begitu penting untuk proses diagnostik. Kadar LH yang bervariasi dan kurang
bernilai dalam mendiagnosis pramenopause. Kadar FSH dapat berguna dalam menilai
fertilitias wanita pramenopause yang ingin hamil. Kadar FSH diukur pada hari
ke-3 dari siklus haid yang dapat memperkirakan fungsi dari ovarium dan cadangan
folikel. Jika kadar FSH <20 mIU/ml, kehamilan masih mungkin terjadi; jika
kadarnya antara 20-30 mIU/ml kecil kemungkinan terjadi kehamilan dan kadar FSH
30 mIU/ml menunjukkan ovarium mengalami menopause dan tidak mungkin terjadi
hamil.
Klimakterik
merupakan terminologi umum untuk masa transisi dari usia reproduktif ke
masa paskareproduktif dalam kehidupan seorang wanita. Menurut WHO definisi
natural menopause sebagai berhentinya haid secara permanen sesudah 12 bulan
amenorea tanpa penyebab fisiologi atau patologi lain. Berhentinya haid sebagai
akibat dari berkurangnya cadangan folikel ovarium dan menurunnya fungsi dari
ovarium itu sendiri yang mengakibatkan produksi estrogen dan stimulasi lapisan
endometrium berkurang. Dari analisis data secara longitudinal menyatakan bahwa
kemungkinan untuk haid spontan pada semua wanita yang telah mengalami amenorea
selama 12 bulan kurang dari 2%. Selama pramenopause ovulasi terjadi secara
tidak teratur karena fluktuasi hormon yang dipengaruhi aksis
hipotalamus-pituitari-ovarium. Sebagai contoh, pada wanita yang mengalami
pramenopause dengan cepat, kadar inhibin B menurun sehingga kadar FSH meningkat
tanpa perubahan berarti pada kadar inhibin A atau estradiol. Kadar FSH
dapat naik selama beberapa siklus tetapi kembali pada kadar premenopause pada
siklus berikutnya. Sama halnya juga konsentrasi estradiol juga dapat menurun
atau kadang meningkat selama pramenopause. Bervariasinya nilai hormonal ini
menyulitkan interpretasi terhadap hasil dari satu uji laboratorium.
3. Tanda dan Gejala Premenopause
3.1. Perubahan
pola haid
Gejala yang paling umum pada wanita premenopause adalah perubahan dari
pola haid. Lebih dari 90% wanita premenopause akan mengalami perubahan dalam
siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai
contoh, wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia
20-30 tahun akan mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh
memendeknya fase folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan
menjadi siklus 25 atau 26 hari dan pada waktu terjadi premenopause kejadian
oligomenore meningkat.
Perdarahan yang tidak teratur dapat
terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal atau sesudah puncak estradiol yang
tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Pemanjangan siklus mungkin
juga terjadi seperti halnya haid yang tidak teratur. Banyak juga wanita yang
mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan. Perdarahan biasanya lebih
banyak pada awal premenopause yang disebabkan oleh siklus anovulasi. Kemudian
menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan mengalami spotting 1 atau 2
hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus haid yang
pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif wanita
tersebut “selalu berdarah”. Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan
dianggap normal selama premenopause, berat dan lamanya perdarahan atau
perdarahan diantara siklus haid bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan
mengharuskan klinikus untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi
endometrium untuk menegakkan diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor
risiko yang lain untuk terjadinya karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar,
obesitas atau riwayat infertilitas.
Untuk kasus-kasus yang dicurigai,
sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila ditanyakan pada penderita
riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat
mengenai pola perdarahan. Tanda awal dari premenopause adalah perubahan pada
pola perdarahan haid. Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya
estrogen dan progesteron. Didapatkan sekitar 33% dari seluruh konsultasi
ginekologi berhubungan dengan perdarahan abnormal, dan meningkat menjadi 69%
pada wanita premenopause dan postmenopause. Penelitian klinik pada wanita
premenopause menunjukkan bahwa lebih kurang 90% wanita selama premenopause
mengalami ketidakteraturan haid; hanya 10-12% dari wanita premenopause yang
mengalami amenore mandadak.
Insiden kelainan organik pada uterus
mencapai puncaknya pada saat premenopause. Oleh karena siklus haid pada periode
ini kemungkinan anovulatoar, risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium
akibat unopposed estrogen menjadi lebih tinggi.
3.2. Ketidakstabilan
vasomotor
Gangguan vasomotor merupakan gejala
kedua pada wanita premenopause. Lebih kurang 85% dari wanita premenopause
mengalami hot flushes, keringat malam dan gangguan tidur yang
merupakan gejala dari ketidakstabilan vasomotor. Intensitas, lamanya serta
frekuensi dari gejala tersebut sangat bervariasi. Kadang kala seorang wanita
mengalami 40 kali hot flushes setiap hari dan badan basah
kuyub oleh keringat malam, beberapa yang lain mengalami 1-2 kali perhari dan
merasa sangat susah dan terganggu.
Hot flushes selama
premenopause, temperatur jari-jari mengalami peningkatan kira-kira
3,1 ± 0,30C dan peningkatan ini menetap
untuk selama lebih kurang 44 menit. Mekanisme terjadinya hot flushes ini
belum diketahui secara lengkap. Meskipun terjadi perubahan dalam termoregulasi,
imunoreaktif neurotensin, katekolamin dan LH semuanya ditemukan selama hot
flushes, penurunan estradiol merupakan faktor yang lebih dipercaya. Hot flashes
merupakan sensasi mendadak terhadap rasa panas, berkeringat dan kemerahan yang
lebih sering terjadi pada muka,leher dan dada. Chill, clammines dan ansietas
juga sering menyertai hot flashes. Lamanya hot flashes umumnya 1-5 menit dan
hanya 6% yang mengalami >6 menit. Gejala ini lebih banyak dialami oleh
wanita di Amerika Utara, Eropa dan Australia sekitar 50-85% dan terjadi secara
periodik selama 1-5 tahun. Hanya 10-20% wanita Indonesia dan 10-25% wanita
China yang mengalami hot flashes.
3.3. Gangguan
tidur
Beratnya gangguan tidur
bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita pada masa premenopause. Gangguan
tidur bervariasi secara luas dan dapat menjadi kronik atau sementara. Beberapa
pola umum gangguan tidur diantaranya :
a. Susah untuk jatuh
tidur
b. Terbangun tengah malam
dan sukar untuk kembali tidur
c. Bangun pagi
lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi
kualitas hidup secara serius, mengakibatkan kelelahan, insomnia, depresi,
iritabilitas dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Harus dapat dibedakan
apakah gangguan tidur tersebut skunder akibat hot flushes malam
hari, berhubungan dengan depresi atau timbul karena faktor lain, seperti:
a. Gangguan hipotalamus; hampir selalu
menyebabkan tidur yang terlambat.
b. Kebiasaan sehari-hari seperti tidur
sebentar atau jadwal tidur yang tidak teratur, sehingga menyebabkan gangguan
tidur tengah malam.
c. Stimulan seperti kafein, alkohol,
nikotin dan beberapa obat; hal lain yang dapat mengakibatkan gangguan tidur
seperti sakit, ansietas dan gangguan emosional.
d. Gangguan fisik seperti nyeri artritis,
mengakibatkan kesulitan memulai atau mempertahankan tidur.
e. Nokturia yang mengakibatkan sering
terbangun.
Gangguan tidur yang sangat umum pada
premenopause adalah memanjangnya keterlambatan tidur (saat mulai berbaring
sampai benar-benar jatuh tertidur). Normalnya periode ini tidak lebih dari 10
menit.
3.4. Gangguan
seksual
(Obstet Gynecol) Selama masa
transisi ke menopause, dimana kadar estrogen menurun, frekuensi gangguan
seksual dilaporkan meningkat. Kejadian gangguan ini cenderung meningkat sesuai
dengan bertambahnya umur.
Gejala-gejala dari gangguan seksual ini
antara lain : berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni dan
vaginismus. Perubahan ini harus dijelaskan karena banyak dari para wanita tidak
mengetahui adanya pengaruh hormonal. Mereka harus diyakinkan dan belajar bahwa
perubahan-perubahan tersebut merupakan bagian normal pada masa transisi
premenopause.
a. Kekeringan vagina (vaginal
dryness)
Vaginal dryness kadang-kadang dialami akibat
berkurangnya produksi estrogen selama premenopause. Keadaan ini dapat
menyebabkan atropi urogenital dan perubahan dalam kuantitas dan komposisi
sekresi vagina. Perkiraan
prevalensi vaginal
dryness diantara wanita premenopause lanjut antara 18-21%.
b. Keinginan
seksual yang berubah
Dennerstein dkk melaporkan dalam
penelitian di Australia, meskipun sebagian besar wanita tidak menunjukkan
perubahan dalam sexual interest selama menopause,
sebanyak 31% mengalami penurunan seksual dan 7% sexual interest-nya
meningkat. Hanya 6% dari wanita yang mengalami penurunan seksual tersebut
mengatakan menopause sebagai alasan. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh
faktor fisiologi yang membuat hubungan seks menjadi sulit (seperti vaginal
dryness, hot flashes, inkontinensia urine) atau oleh faktor sosial dan
lingkungan.
3.5. Sindroma
urogenital
Secara embrional uretra dan vagina sama-sama berasal dari sinus
urogenital dan duktus Muller. Selain itu pula, di uretra dan vagina banyak
dijumpai reseptor estrogen, sehingga kedua organ tersebut mudah mengalami
gangguan begitu kadar estrogen serum mulai berkurang. Gangguan–gangguan
tersebut dapat berupa berkurangnya aliran darah, turgor dan jaringan kolagen.
Kekurangan estrogen juga dapat menyebabkan mitosis sel dan pemasukan asam amino
ke dalam sel berkurang.
Pada vulva terjadi atropi sel, epitel
vulva menipis. Dijumpai fluor dan perdarahan subepitelial (kolpitis senilis),
vagina menjadi kering, mudah terjadi iritasi dan infeksi.
Pada uretra sel-selnya juga
mengalami atropi. Pada uretra tampak otot yang menonjol keluar seperti prolaps
yang kadang-kadang disalahartikan sebagai “prolaps uretra”. Stenosis uretra
sering juga ditemukan. Stenosis uretra, atropi sel-sel epitel kandung kemih
dapat menimbulkan keluhan “Reizblase” (iritabel vesika) atau sindroma uretra
berupa polakisuria, disuria bahkan dapat timbul gangguan berkemih.
Di negara-negara barat pengaruh
inkontinensia urine pada wanita usia pertengahan antara 26-55%. Kadar estrogen
yang rendah menyebabkan mukosa uretra dan trigonum menjadi atropi sehingga
kontrol berkemih menjadi lemah.
3.6. Gangguan
Psikologi/kognitif
Gejala-gejala psikologi dan kognitif seperti
depresi, iritabilitas, perubahan mood, kurangnya konsentrasi dan pelupa juga
ditemukan pada banyak wanita premenopause. Banyak wanita menggambarkan gangguan
ini sebagai “premenopause berat”. Seperti diketahui bahwa kejadian depresi
kira-kira 2 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Risiko depresi
mayor adalah 7-12% untuk pria dan 20-25% untuk wanita. Usia rata-rata
terjadinya depresi adalah 40 tahunan.
Data laboratorium menyatakan bahwa hormon ovarium sangat berkhasiat,
dimana sinyal kimiawi perifer secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal.
Perubahan level estrogen dan progesteron menunjukkan sejumlah pengaruh
neurotransmiter SSP seperti dopamin, norepinefrin, asetilkolin dan serotonin
yang kesemuanya diketahui sebagai modulator untuk mood, tidur, tingkah laku dan
kesadaran.
Selama premenopause, fluktuasi hormon terutama fluktuasi estrogen dapat
mengubah level neurotransmiter di SSP yang dapat mempengaruhi tidur, daya ingat
dan mood. Penting sekali untuk membedakan perubahan mood
karena pengaruh hormon dengan kelainan depresi mayor. Pada pasien tanpa riwayat
depresi, terapi sulih hormon harus dipertimbangkan.
3.7. Gejala-gejala
somatik
Beberapa gejala somatik yang sering terjadi
selama premenopause antara lain; sakit kepala, pusing, palpitasi serta payudara
yang membesar dan nyeri. Dari semua keluhan-keluhan di atas, harus diyakinkan
bahwa gejala-gejala tersebut umum terjadi dan bersifat fisiologis.
Pengobatan yang dilakukan bersamaan dengan pendidikan dan suportif harus
dilakukan pada awal timbulnya gejala. Sekarang ini terapi farmakologi dan
nonfarmakologi sudah tersedia. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa tidak
ada pengobatan bagi wanita pada masa premenopause, sebab mereka masih
menghasilkan estrogen. Dalam banyak kasus, meyakinkan bahwa gejala-gejala
tersebut adalah hal yang nyata dan tidak mengancam kehidupan mungkin sudah
cukup. Tetapi, jika dianggap penting, pengobatan tidak harus ditunda.
3.8. Fertilitas
Gambaran
hormonal pada wanita premenopause bervariasi dengan luasnya secara individual
dan waktu. Pilihan terapi hormonal pada premenopause tergantung pada keadaan
hormonal pasien. Banyak penelitian mengatakan perlunya terapi kombinasi dengan
estrogen dan progestogen pada premenopause. Wanita pada masa ini akan mengalami
periode iregular dan interval amenorea, tetapi ovarium mereka tetap
menghasilkan estrogen. Sensitivitas hipotalamus menurun terhadap umpan balik
negatif estrogen ovarium karena penurunan yang progresif sejumlah folikel dan
menurunnya sekresi inhibin yang merupakan kontrol selektif untuk FSH.
Masa ini juga ditandai oleh hormonal oscillation sehingga
seorang wanita mempunyai gejala-gejala menopause dalam 1 bulan dan bulan
berikutnya dengan siklus berovulasi dan menjadi risiko untuk terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan. Limapuluh persen wanita berumur 40-an masih
berpotensi untuk subur dan kehamilan pada kelompok umur ini disertai dengan
mortalitas ibu yang meningkat, abortus spontan, kelainan fetus dan mortalitas
perinatal. Risiko kehamilan kira-kira 10% pada umur 40-44 tahun, 2-3% untuk
umur 45-49 tahun dan risiko tidak menjadi nol untuk wanita lebih dari 50 tahun.
3.9. Osteoporosis
(Panduan menopause)
Kekurangan hormon estrogen akan dapat
menyebabkan hilangnya massa tulang. Akibatnya dapat terjadi osteoporosis yang
akhirnya akan membuat tulang mudah patah. Osteoporosis adalah penyakit rapuh
tulang usia 50 tahun/lebih yang ditandai dengan berkurangnya densitas tulang.
Pada wanita proses penyusutan tulang lebih besar dibandingkan pria, karena
tulang wanita sangat dipengaruhi oleh estrogen. Penyusutan terjadi sekitar 3%
pertahun dan akan berlangsung terus hingga 5-10 tahun pasca menopause.
Sepanjang hidup seorang wanita, total jarinngan tulang yang menyusut sekitar
40-50%, sedangkan pada laki-laki hanya 20-30%. Selain digunakan sebagai
pengobatan, estrogen juga dapat digunakan sebagai pencegahan osteoporosis.
Bagaimanapun pencegahan adalah lebih baik daripada pengobatan, karena biaya
pengobatan untuk osteoporosis cukup besar. Di Amerika Serikat biaya perawatan patah
tulang akibat osteoporosis pertahun mencapai 20-30 triliyun rupiah. Untuk dapat
mencegah terjadinya osteoporosis, maka estrogen diberikan begitu seorang wanita
memasuki usia menopause dan terus berlanjut sampai 5-10 tahun pasca menopause.
3.10. Kelainan
kardiovaskular (Warren & Kulak)
Kelainan kardiovaskular menjadi penyebab utama
kematian dan kesakitan pada wanita menopause. Penyebab lain berturut-turut
adalah patah tulang, kanker payudara dan kanker endometrium. Pada tahun 2000,
38% wanita di Amerika Serikat berumur 45 tahun atau lebih, pada tahun 2015
proporsi ini akan meningkat menjadi 45%. Satu dari sembilan wanita berumur
45-64 tahun menderita berbagai macam penyakit kardiovaskular dan setelah 65
tahun rasionya meningkat menjadi 1 banding 3. Kira-kira 40% penyakit koroner
pada wanita berakibat fatal dan 67% dari semua kematian mendadak yang terjadi
pada wanita tersebut tanpa riwayat penyakit jantung koroner. Mereka kehilangan
daya tahan terhadap penyakit jantung koroner akibat berkembangnya menopause,
dan meningkatnya insiden penyakit ini bukan karena perubahan gaya hidup atau
faktor risiko tetapi karena perubahan lipoprotein yang terjadi pada menopause.
Pada wanita menopause HDL kolesterol adalah satu indikator untuk
terjadinya penyakit jantung koroner, dimana untuk setiap peningkatan 10 mg/dL
risiko akan menurun sampai 50%. Trigeliserida juga merupakan faktor risiko
penting untuk penyakit jantung koroner, dimana terjadi peningkatan penyakit
jantung jika kadar trigeliserida meningkat dan kadar HDL yang rendah. Banyak
bukti yang mengatakan bahwa pengaruh kardioprotektif dari terapi pengganti
estrogen adalah pada kadar lipid serum. Wanita postmenopause yang mempunyai
kadar HDL kolesterol kurang dari 46 mg/dL mempunyai risiko 6 kali lipat untuk
terjadi penyakit jantung koroner dibandingkan dengan wanita dengan kadar HDL
kolesterol lebih dari 67 mg/dL.
3.11. Perubahan
Berat Badan
Berdasarkan studi longitudinal, saat wanita memasuki transisi menopause
, beberapa perubahan tubuh memengaruhideposit lemak, termasuk pembesaran
payudara, penebalan di sekitar pinggang, deposit lemak di tulang belakang atas
dan penggantian jaringan otot dengan jaringan lemak. Banyak penelitian
dilakukan dengan factor-faktor pertimbangan yang jarang diperhitungkan seperti
suku, berat badan dasar, penggunaan terapi sulih hormon, kebiasaan merokok dan
status sosioekonomi. Karena lebih sedikit energi yang diperlukan untuk
mempertahankan sel lemak daripada sel otot, asupan kalori harus dikurangi
10-15% dari usia 20-60 hanya untuk mempertahankan berat badan yang sama.
Rekomendasi untuk meningkatkan olahraga dan diet sehat yang meliputi
pengawasan asupan kalori dan lemak (jika merupakan masalah) harus dibuat untuk
wanita seiring pertambahan usia mereka. Olahraga mempunyai efek tambahan yaitu
peningkatan tonus otot, menguatkan tulang, menstimulasi metabolisme, dan
mengurangi beberapa perubahan alam perasaan.
Disamping tidak merokok, pemeliharaan
berat badan ideal merupakan tindakan kesehatan yang paling penting untuk
menurunkan penyakit jantung koroner. Pemeliharaan berat badan ideal juga
membantu menurunkan kadar lipoprotein densitas rendah (LDL) dan meningkatkan
kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL). Sebaliknya penting ditekankan, wanita
dalam menjalani masa menopause dan lansianya untuk menghindari kurus yang
berlebihan karena kemungkinan terjadinya peningkatan hot flash dan peningkatan
risiko osteoporosis.
( Varney,
2006: 309)
4. Penilaian
Premenopause
Penilaian dapat dibagi dalam 5 kategori dasar
:
a. Penilaian
sendiri.
Harus ditanyakan kapan seorang wanita pertama kali merasakan adanya
gejala-gejala menopause. Hal ini harus berdasarkan persepsi mereka dengan
adanya kekhawatiran akibat perubahan pada tubuh mereka. Dalam suatu penelitian
cross-sectional, Garamszegi dkk melaporkan bahwa menopause lebih berhubungan
dengan gejala-gejala dibandingkan dengan perubahan siklus haid.
b. Gejala-gejala
Gejala klimakterik terutama merupakan keluhan vasomotor seperti hot
flashes dan keringat malam. Gejala lain adalah akibat berfluktuasinya kadar
hormon estrogen dan progesteron seperti vaginal dryness, keinginan
seksual yang berubah, inkontinensia urine, depresi, ketegangan syaraf dan
iritabilitas serta gangguan tidur.
c. Riwayat
medis dan riwayat keluarga
1.
Usia menopause orang tua.
Faktor genetik tampaknya menjadi
faktor predisposisi bagi wanita untuk mengalami menopause lebih cepat.
Torgerson dkk melaporkan terjadinya premature menopause dan
early menopause karena
usia menopause ibu yang lebih muda dibandingkan usia menopause ibu yang normal.
Penelitian case-control oleh Cramer
dkk di Boston menemukan bahwa wanita dengan riwayat keluarga (seperti ibu,
kakak, bibi, nenek) yang mengalami menopause sebelum usia 46 tahun berisiko
tinggi untuk terjadi menopause yang lebih cepat (early menopause).
2. Merokok.
Telah dibuktikan bahwa merokok
menyebabkan menopause terjadi 1- 2 tahun lebih cepat dibandingkan tidak
merokok.
Beberapa penelitian mendukung
bahwa assertion dan quitting merokok
secara signifikan memperlambat menopause. Bukti lain mengatakan bahwa usia
rata-rata menopause secara statistik tidak berbeda antara yang tidak pernah
merokok dengan eks-perokok. Sebagian besar penelitian terhadap rokok dan
menopause mengatakan adanya hubungan dosis-respon antara jumlah rokok yang
dihisap dan usia menopause.
3. Status histerektomi
Sering diasumsikan bahwa wanita yang
menjalani histerektomi dengan conservation pada ovarium
tidak akan mengalami gejala menopause lebih cepat atau lebih berat akibat
histerektomi tersebut. Nonetheless, bukti-bukti menunjukkan bahwa
wanita denganconservation ovarium pada histerektomi mengeluh adanya
gangguan vasomotor yang lebih banyak, vaginal dryness dan
keluhan-keluhan lain dibandingkan dengan wanita yang tidak menjalani
histerektomi. Pada negara-negara maju, histerektomi merupakan operasi yang
sering dilakukan pada wanita dewasa; sepertiga wanita Amerika menjalani
histerektomi pada usia 65 tahun.
4. Tanda-tanda Fisik.
a. Indeks
maturasi
Penilaian terhadap defisiensi
estrogen vagina adalah evaluasi terhadap indeks pematangan epitel vagina.
Prosedur ini dilakukan dengan cara pengambilan sel pada batas atas dan
sepertiga tengah dinding samping vagina menggunakan sikat. Dibuat slide dan
dilakukan pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian persentase dari sel
parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun indeks maturasi
berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen, diagnosis tidak
dapat membandingkan indeks maturasi dengan karakteristik siklus haid.
b. pH
vagina
Beberapa peneliti mengatakan bahwa
peningkatan pH vagina (6,0-7,5) dimana tidak ditemukan bakteri patogen menjadi
alasan adanya penurunan kadar estradiol serum. Uji ini dilakukan secara
langsung dengan kertas pH pada dinding lateral vagina. Perubahan pH dapat
diakibatkan oleh berubahnya komposisi dari sekresi vagina yang menyertai
atropi.
c. Ketebalan
kulit
Estrogen menstimulasi pertumbuhan
epidermal dan promotes pembentukan kolagen dan asam hialuronik
sehingga turgor dan vaskularisasi kulit bertambah. Selama klimakterik,
berkurangnya kadar estrogen mengakibatkan epidermis menjadi tipis dan atropi.
5. Uji laboratorium
a. Pengukuran FSH
Pengukuran kadar plasma FSH telah
dilakukan untuk mencoba mengidentifikasi wanita premenopause dan postmenopause.
Kadar FSH yang tinggi menunjukkan telah terjadi menopause yang terjadi pada
ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap stimulasi FSH dari
kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari meningkatkan
produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium menghasilkan estrogen lebih
banyak. Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti meragukan nilai klinik dari
pengukuran FSH pada wanita premenopause dimana kadar FSH berfluktuasi considerablysetiap
bulan yang tergantung pada adanya ovulasi.
b. Estradiol
Penelitian
longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early
premenopause(perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause
terjaga sedangkan pada premenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan
sebelumnya) dan wanita postmenopause terjadi penurunan secara bermakna
dari kadar estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva.
Seperti halnya FSH, kadar estradiol mempunyai variasi yang tinggi selama
premenopause.
c. Inhibin
Inhibin A dan inhibin B disekresikan
oleh ovarium dan seperti estradiol, exert umpan balik negatif terhadap kelenjar
pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH. Kurangnya inhibin menyebabkan
peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium senescence. Kadar inhibin
B menurun pada premenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami perubahan.
Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan berhenti. Kadar inhibin
biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan inhibin B lebih sedikit
karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan sejumlah folikel berkurang
karena umur.
5. Tes Laboratorium
Tes skrining rutin, pemeriksaan
awal, atau pemeriksaan tahunan :
a. Urinalisis / dipstick urine
b. Pap smear serta indeks
maturasi sekurang-kurangnya setiap 3 tahun, dapat dihentikan setelah usia 65-70 tahun jika semua hasil pap smear
sebelumnya normal
c. Mammografi : tiap 1-2
tahun pada 45-49 tahun, tiap tahun sejak usia 50 tahun
d. Darah samar feses
e. Kolesterol,
trigliserida dan profil lipid plasma darah puasa tiap 3-5 tahun bila normal
f. TSH pada usia 45
tahun dan kemudian setiap 2 tahun
(
Kriebs, 2009: 174)
6. Kemungkinan Komplikasi
Meski tak ada yang perlu dikhawatirkan, namun waspadalah bila ada
hal-hal yang mencurigakan sebagai berikut:
a. Menstruasi yang hebat,
sehingga Anda harus mengganti pembalut setiap jam.
b. Menstruasi panjang yang
berlangsung hingga lebih dari 8 hari.
c. Siklus menstruasi yang
terlalu pendek, seperti kurang dari 21 hari
7. Faktor-Faktor yang Mempercepat Datangnya
Premenopause
a. Kebiasaan
merokok mempercepat pra-menopause 1 - 2 tahun
b. Faktor
keturunan ; bila dari pihak ibu mengalami masa pra-menopause < 45 tahun
c. Tidak pernah melahirkan
d. Pernah
mendapatkan kemoterapi ketika masih anak-anak
c. Melakukan
histerektomiatau operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus)
d. Stres
8. Penanganan Premenopause
Premenopause bukan suatu penyakit yang harus dicegah, tetapi ada
beberapa gejala dan ketidaknyamanan yang dialami sehari-hari bisa dikurangi.
Berikut ini adalah beberapa gejala tersebut:
a. Kita bisa mengonsumsi pil
kontrasepsi (Progestin) untuk mengurangi hot flush dan gangguan haid. Progestin
juga bisa dikonsumsi untuk mengatur haid dan ablasi endometrium serta
mengurangi perdarahan. Untuk melakukan hal ini, kita harus berkonsultasi dengan
dokter.
b. Menerapkan gaya hidup sehat dengan
mengonsumsi makanan rendah lemak, tinggi serat, tinggi kalsium, makanan yang
tinggi kandungan fitoestrogennya, seperti tempe, tahu, dan produk olahan
kedelai lainnya, serta menghindari konsumsi alkohol. Pola makan tersebut juga
diikuti dengan pola hidup yang sehat dengan melakukan olahraga secara teratur
dan beradaptasi dengan stres.
c. Saat kadar estrogen menurun, maka
elastisitas vagina berkurang dan mongering. Melakukan hubungan seks pun menjadi
tidak nyaman, dan vagina mudah terluka dan iritasi. Untuk mengatasinya
bukan berarti wanita sudah tidak dapat lagi berhubungan seks, justru melakukan
hubungan seks dengan frekuensi yang cukup dapat menghilangkan ketidaknyamanan.
Misalnya; menggunakan jeli saat berhubungan. Hindari pemakaian parfum, tissue,
pembalut, sabun tertentu yang akan menambah kekeringan vagina.
d. Menerima keadaan peremenopause
sebagai suatu rahmat dari Tuhan dan sebagai keadaan
yang harus disyukuri dan bukan
keadaan yang tidak disukai karena hal tersebut akan
memperparah gejala-gejala negatif
akibat premenopause ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Premenopause adalah kondisi fisiologis pada
wanita yang telah memasuki proses penuaan (eging) yang ditandai dengan
menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat berperan dalam hal
sexualitas. Tanda dan gejala premenopause adalah gangguan pola haid,
ketidakstabilan vasomotor, gangguan tidur, gangguan seksual, sindroma
urogenital, gangguan psikologi/kognitif, gejala-gejala somatik, fertilitas,
osteoporosis, dan kelainan kardiovaskular.
Premenopause
bukan suatu penyakit yang harus dicegah, tetapi ada beberapa gejala dan
ketidaknyamanan yang dialami sehari-hari bisa dikurangi dengan cara
menerapkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan rendah lemak, tinggi
serat, tinggi kalsium, makanan yang tinggi kandungan fitoestrogennya, seperti
tempe, tahu, dan produk olahan kedelai lainnya, serta menghindari konsumsi
alkohol. Pola makan tersebut juga diikuti dengan pola hidup yang sehat dengan
melakukan olahraga secara teratur dan beradaptasi dengan stress, mengkonsumsi
pil kontrasepsi (Progestin) untuk mengurangi hot flush dan gangguan haid,
ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual dapat diatasi dengan cara
menggunakan jeli saat berhubungan. Hindari pemakaian parfum, tissue, pembalut,
sabun tertentu yang akan menambah kekeringan vagina.
B.
Saran
Bagi
profesi kebidanan
Diharapkan dengan adanya makalah ini
dapat memberikan masukan dalam mengembangkan ilmu kebidanan untuk mengurangi
tingkat kecemasan pada wanita premenopause dengan memberikan edukasi pada
wanita premenopause.
Bagi
Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan adanya makalah ini
dapat memberikan masukan untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
yang terkait dengan asuhan kebidanan pada wanita premenopause.
DAFTAR PUSTAKA
Kribs, Jan. Asuhan
Kebidanan Varney. Jakarta : EGC. 2009
Varney, Helen. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. 2006