MAKALAH
ANATOMI FISIOLOGI
PAYUDARA DAN PROSES LAKTASI
Dosen Pengampu: Novi Indrayani, SST, M.Kes
Disusun
Oleh: Kelompok 2 ( DUA)
Kelas: B13.2
PRODI D4 BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TA 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan syukur Alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atau Tuhan
kami yang telah melimpahkan kasih atau rahmad-Nya, sehingga Kami dapat menyusun
makalah tentang “Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi sebagian dari tugas Anatomi Fisiologi.
Tersusunnya
makalah
“Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi”
ini tidak terlepas dari bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan
Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
2. Ibu Novi selaku dosen mata kuliah Anatomi Fisiologi
Kami menyadari masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna dalam menyusun makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Maka saran dan koreksi
yang bersifat membangun sangat Kami butuhkan dari semua pihak.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 30 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………
KATAPENGANTAR……………………………………………………… .. ………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..
BAB I : Pendahuluan
A. Latar
Belakang…………………………………………………………………….
B.
Tujuan……………………………………………………………………………..
C. Manfaat…………………………………………………………………………….
BAB II : Pembahasan
A.
ANATOMI FISIOLOGI PAYUDARA…………………………………….
B.
FISIOLOGI LAKTASI……………………………………………………...
C.
DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI……………………....
BAB III: Penutup
A.
Kesimpulan ……………………………………………………..………................ B.
Saran……………………………………………………………………………….
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
istilah medik, Payudara disebut Glandulla mammae yang berasal dari bahasa latin
Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot
dada. Terletak sekitar iga kedua atau iga ketiga sampai iga keenam atau
ketujuh. Ukuran normal 10-20 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200
gram. Pada wanita hamil aterem mencapai 400-600 gram da pada masa laktasi
sekitar 600-800 gram.
Payudara
tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Dilihat dari
luar, payudara terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
1.
Korpus (badan), yaitu bagian yang
besar,
2.
Areola, yaitu bagian tengah yang
berwarna kehitaman,
3.
Papilla atau puting, yaitu bagian
yang menonjol di puncak payudara.
Secara
mikroskopis payudara perempuan memiliki 3 unsur, kelenjar susu (alveolus) yang
menghasilkan susu, saluran susu (duktus laktiferus) dan jaringan penunjang yag
mengikat kelenjar kelenjar susu.
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimana anatomi fisiologi
payudara?
2.
Bagaimana proses fisiologi laktasi?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi
anatomifisiologi payudara dan laktasi
2.
Untuk mengetahui dukungan
bidan dalam pemberian ASI
3.
Untuk mengetahui tentang ASI ekslusif
4.
Untuk mengetahui komposisi
gizi dalam ASI
5.
Untuk mengetahui manfaat
pemberian ASI
6.
Untuk mengetahui upaya memperbanyak ASI
7.
Untuk menjelaskan masalah dalam pemberian
ASI
8.
Untuk mengetahui faktor mempengaruhi
keberasilan pemberian ASI
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGI PAYUDARA
Dalam
istilah medik, Payudara disebut Glandulla mammae yng berasal dari bahasa latin
Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot
dada. Terletak sekitar iga kedua atau iga ketiga sampai iga keenam atau
ketujuh. Ukuran normal 10-20 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200
gram. Pada wanita hamil aterem mencapai 400-600 gram da pada masa laktasi
sekitar 600-800 gram. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui. Biasanya
akan mengecil setelah menoupouse. Pembesaran disebabkan oleh pertumbuhan stroma
jaringan penyangga dan timbunan jaringan lemak. Besarnya payudara tidak
menjamin banyaknya jumlah air susu yang dihasilkan.
Payudara
berkembang sejak usia kehamilan kehamilan enam minggu dan cepat membesar karena
pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Estrogen meningkatkan pertumbuhan
duktus duktus dan ampulla sedangkan progesteron merangsang perumbuhan tuna-unas
alveoli. Hormon-hormon lain seperti: prolaktin, growth hormon,
adrenokostikosteroid dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar susu.
Payudara
tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Dilihat dari
luar, payudara terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
a.
Korpus (badan), yaitu bagian yang
besar,
b.
Areola, yaitu bagian tengah yang
berwarna kehitaman,
c.
Papilla atau puting, yaitu bagian
yang menonjol di puncak payudara.
Secara
mikroskopis payudara perempuan memiliki 3 unsur, kelenjar susu (alveolus) yang
menghasilkan susu, saluran susu (duktus laktiferus) dan jaringan penunjang yag
mengikat kelenjar kelenjar susu.
1. Korpus Mamae
Payudara terdiri dari 15-25 lobus.
Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing
lobules terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing di hubungkan dengan
saluran air susu atau system duktus sehingga merupakan suatu pohon. Bila
diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting susu, akan di dapatkan saluran
air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah areola mammae duktus
laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus/gudang susu (ampula) di mana
tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus
bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus.
Tiap-tiap duktulus pada perjalanan
selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari
duktulus yang terbuka dan sel-sel accini yang menghasilkan air susu dan
dikelilingi otot polos (miopithel) yang berfungsi memeras air susu keluar dari
alveoli. Alveoli juga dikelilingi pembuluh darah yang membentuk zat-zat gizi
pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu
ibu.
Sedangkan stroma, jaringan penyangga
pada korpus mamae tersusun atas bagian-bagian:
a. Jaringan
ikat
b. Jaringan
lemak
c. Pembuluh
darah
d. Syaraf
e. Pembuluh
limfe
Jaringaan lemak disekeliling alveoli
dan laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Ukuran payudara besar
atau kecil memiliki alveoli dan duktus laktiferus yang sama, sehingga dapat
menghasilkan ASI yang sama banyaknya. Disekeliling alveoli juga terdapat otot
polos yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keadaan hormon oksitosin
menyebabkan otot polos tersebut berkontraksi.
2. Areola Mammae
Putting susu dan areola adalah gudang
susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting dan
areola terdapat ujung-ujung saraf peraba yang penting pada proses refleks saat
menyusui, dan daerah yang mengalami hiperpigmentasi lebih atau bagian tengah
yang berwarna kehitaman. Warna kegelapan disebabkan oleh penipisan dan
penimbunan pigmen pada kulit, dengan luas 1/3 atau 12 dan payudara. Putting
susu mengandung otot polos yang, dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan
menyusu.
Pada umumnya puting susu menonjol keluar
meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai puting yang panjang, datar atau masuk
kedalam. Namun, bentuk puting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi.
Pada ujung putting susu terdapat 15-20 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan
areola mengandung sejumlah kelenjar seperti kelenjar keringat dan kelenjar
lemak. Kelenjar lemak merupakan kelenjar Montgomery yang berfungsi sebagai
kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap lunak dan lentur.Di
bawah areola saluran yang besar melebar, disebut sinus laktiferus.Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran, terdapat otot polos yang bila
berkontraksi memompa ASI keluar.
3. Papila Mammae (Puting susu)
Saluran susu bermuara ke puting susu,
puting susu terletak setinggi kosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk
dan ukuran payudara maka letaknya variasi pula. Putting susu memiliki lebih
kurang 20 ujung saluran susu yang
berhubungan dengan kelenjar yang berada di payudara. Jaringan penunjang
terdiri dari jaringan lemak dan jaringan ikat yang berada diantara kelenjar
susu dan saluran susu, agar menjadi kesatuan. Selain ketiga unsure tersebut,
terdapat ligament yang melekat ditulang dada dan otot (musculus pectoralis
mayor) yang berada di dasar payudara. Dengan bertambahnya usia, ligament ini
akan kendur sehingga payudara akan tampak turun. Sementara itu otot berfungsi
untuk menggerakkan payudara jika otot digerakkan, payudara akan ikut bergerak.
Hal ini berarti otot berfungsi untuk menggerakkan payudara.
Payudara juga berhubungan dengan kelenjar
getah bening yang berada diketiak di atas tulang clavikula.Berfungsi sebagai
benteng yang menyaring sel-sel yang meradang akibat infeksi.
B. FISIOLOGI LAKTASI
Selama kehamilan hormon yang dihasilkan
plasenta yaitu laktogen, korlogonadotropin, esterogen dan progesteron
menginduksi perkembangan alveoli dan duktus laktiferus di dalam
payudara.Hormone laktogen dari placenta dan hormon prolaktin dari hipofisis
(glandula pituitari) anterior merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI
tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi meskipun kadar prolaktin cukup
tinggi karena di hambat oleh esterogen. Setelah persalinan, kadar esterogen dan
progesterone menurun dengan lepasnya placenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi
sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh esterogen, maka
produksi ASI pun di mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan
oleh menyusuinya bayi pada payudara ibu.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali
neuroendokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan
merangsang produksi prolaktin yang memacu sel-sel kelenjar memproduksi ASI,
sehingga semakin sering bayi menyusu semakin banyak prolaktin yang diproduksi
sehingga makin banyak produksi air susu, proses ini dikenal dengan refleks
prolaktin.
Dengan bayi menghisap juga merangsang
hipofisis (glandula pituitary) posterior mengeluarkan hormone oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel-sel miopitel. Proses ini disebut refleks let down
atau pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia buat bayi. Pelepasan ASI dapat
dihambat oleh keadaan emosi ibu.
Cairan pertama yang diperoleh bayi dari
ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih
kaya akan protein, mineral dan antibody dari pada ASI yang telah mature. ASI
mulai ada kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah melahirkan bayi, dan
kolostrum berubah menjadi ASI yang mature kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir.
Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusu, maka proses
adanya ASI akan meningkat. Cairan colostrums terdiri dari albumin,yang membeku
kalau di panaskan, dibandingkan dengan air susu. Colostrums lebih banyak
mengandung protein dan garam, gulanya sama tetapi lemaknya kurang. Didalam
colostrums terdapat immunoglobulin yang mengandung antibodies yang dapat
menambah kekebalan anak terhadap penyakit.
C. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN
ASI
Bidan mempunyai peranan yang istimewa
dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan
dapat
membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum
yang terjadi. Peranan awal bidan didalam mendukung pemberian ASI adalah:
1) Meyakinkan
bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya
2) Membantu
ibu agar dia mampu menyusui bayinya sendiri
Bidan dapat memberikan
dukungan dalam pemberian ASI dengan:
a)
Membiarkan bayi bersama ibunya segera
setelah beberapa jam pertama. Bayi mulai menyusu sendii segera setelah lahir,
sering disebut inisiasi menyusu dini.
b)
Mengajarkan cara merawat payudara yang
sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu.
c)
Membantu ibu pada waktu memberi ASI
Membantu
ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir.semakin sering bayi menghisap
putting susu ibu maka pengeluaran ASI semakin lancar.
Posisi
yang benar saat menyusui adalah :
1. Berbaring
miring
2. Posisi
duduk
3. Tidur
terlentang
d)
Menempatkan ibu didekat kamar yang sama
(rawat gabung/roming in). rawat gabung merupakan salah satu cara perawatan
dimana ibu ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat
gabung dalam proses laktasi dapat dilihat pada aspek fisik, fisiologi,
psikologi, edukasi, ekonomi maupun medis.
e)
Memberikan ASI pada bayi sesering
mungkin dan tanpa di jadwalkan.
f)
Memberikan kolostrum dan ASI saja serta
menghindari susu botol dan dot empeng.
1.
ASI EKSLUSIF
ASI eksklusif adalah pemberian air susu
ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan
selain obat untuk terapi ( pengobatan penyakit ). ASI merupakan satu jenis
makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi
sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi , hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup
hampir 200 unsur zat makanan.ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan
Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan
kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu
berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh
bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari – sari
makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system
saraf.
Komposisi gizi dalam ASI terdapat
antara lain: lemak, karbohidrat,protein,garam dan mineral serta vitamin. ASI
memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh
atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi
atau lebih selama tahun kedua.
v ASI mengandung zat protektif
Dengan
adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang mengalami
sakit.Zat itu meliputi :
1. Laktobasilus
bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, yang membantu
memberikan keasaman pada pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme).
2. Latoferin,
mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan kuman.
3. Komplemen C3
dan C4
4. Lisozim,
Antibodi
5. Faktor anti
streptokokus, melindungi bayi dari kuman streptokokus
6. Imunitas
seluler, ASI mengandung sel sel yang berfungsi membunuh dan memfagositosis
mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim, dan laktoferin
7. Tidak
menimbulkan alergi.
2.
MANFAAT
PEMBERIAN ASI
a.
Bagi
Ibu
1. Aspek
kontrasepsi
Hisapan
mulut bayi pada putting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post
anterior hipofisis mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur,
menekan produksi esterogen, akibatnya tidak ada ovulasi.
2. Aspek
penurunan berat badan
Ibu
yang menyusui eksklusif ternyata lebih
mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil.
Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan
lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Maka timbunan lemak
menyusut berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.
3. Aspek
kesehatan Ibu
Isapan
bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin membantu infolusi uterus dan mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan.
4. Aspek
psikologis
Pemberian
ASI dapat mempererat hubungan ibu dan bayinya, karena hal ini merupakan satu
bentuk curahan kasih sayang ibu pada bayinya.
b.
Bagi
Bayi
1.
Dapat
membantu memulai kehidupannya dengan baik.
Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan
berat badan yang baik setelah lahir dan mengurangi obesitas.
2.
Mengandung
antibody
Kolostrum mengandung antibody yang kuat
untuk mencegah terjadinya infeksi.
3.
ASI
mengandung komposisi yang tepat
Berbagai bahan makanan yang baik untuk
bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup.Kuantitas semua zat
gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
4.
Mengurangi
karies dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang
mendapat susu formula lebih tinggi dibandingkan
dengan yang mendapatkan ASI, karena menyusui dengan botol waktu akan tidur
menyebabkan gigi akan keropos.
3.
UPAYA
MEMPERBANYAK ASI
a.
Pijat Payudara / Breast Massage
Perawatan payudara selama hamil
berperan besar dalam mewujudkan tercapainya program ASI Eksklusif. Breast
massage bertujuan untuk relaksasi dan membantu refleks mengeluarkan ASI. Breast
massage sebaiknya dilakukan sedini mungkin yakni saat usia kehamilan 5 - 6
bulan. Dan jika umur kehamilan telah memasuki trimester ke-3, breast massage
tidak boleh dilakukan karena dapat menimbulkan kontraksi rahim.Breast massage
dapat dilakukan lagi setelah si buah hati lahir.
Cara Breast massage :
Bersihkan payudara dengan air hangat,
lalu pijat dengan menggunakan minyak (baby oil atau minyak kelapa / VCO).Pijat
payudara dalam beberapa menit dari arah pangkal (atas) payudara menuju puting
(bawah) dengan gerakan memutar pada satu area payudara. Lakukan hal yang sama
pada area payudara yang lain . Pijat bagian atas dan bawah payudara dari arah
pangkal ke arah puting, kemudian lanjutkan gerakan yang sama pada bagian
samping payudara dari dada ke arah putting.
b. Perawatan puting dan usaha menyusui secara langsung
Puting susu menjadi salah satu
faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, tidak jarang ibu
merasakan putus asa untuk memberi ASI oleh karena masalah puting susu seperti
misalnya puting susu lecet, puting susu gepeng, datar ataupun radang pada payudara
yang sering disebut mastitis. Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara
melakukan perawatan secara rutin pada puting susu, dan usahakan menyusui secara
langsung.
c. Asupan Nutrisi yang optimal
Nutrisi optimal merupakan salah satu
modal persiapan menyusui.Konsumsi makanan yang bergizi tinggi dapat
menghasilkan kualitas ASI yang baik sehingga dapat mencukupi kebutuhan Gizi
pada bayi.
d.
Rajin mencari informasi
ASI harus diperah minimal tiap 1 - 3
jam sekali, semakin sering diperah maka produksi ASI akan semakin meningkat.
Produksi ASI sudah dirancang tidak lebih dan tidak kurang pada setiap bayi.
Jika terjadi masalah dengan menyusu, dan masalah pemberian ASI sebaiknya dapat
diatasi secara mandiri, maka dari itu seorang ibu harus lebih rajin membaca dan
mencari informasi tentang cara menangani masalah menyusui, bahkan Anda bisa
menjadi sumber informasi untuk masyarakat sekitar anda.
Ingatlah bahwa pemberian ASI secara
maksimal maka secara otomatis sang ibu telah mentransfer imunitas kepada bayi.
Dan keputusan untuk menyusui bayi anda secara eksklusif merupakan keputusan
yang sangat bijaksana.
4. MASALAH-MASALAH DALAM
PEMBERIAN ASI
1. Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari
ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh,
tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak)
yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini
merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila
dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu
memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut
justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI
terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi
perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak
terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
Jika
hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan
menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih
menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika
disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan
nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk
mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain
sebagai berikut :
1) Susukan bayi
segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
2) Susukan bayi
tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
3) Keluarkan
ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4) Lakukan
perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
5) Keluarkan
sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih
mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
6) Berikan
kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara.
7) Berikan
kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap)
puting susu.
8) Lakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk
mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah
dan pembuluh getah bening dalam payudara.
2. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan
ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang
dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui,
misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam).
Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang
disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
a) Puting Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari
telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol
keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih
tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian
pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
b) Puting Susu Terpendam (tertarik
ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak
terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada
sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau
penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat
diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan
meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian
dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak
semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk
itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan)
atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
c) Putting Susu Nyeri (Sore
Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab
sebagai berikut:
1) Posisi bayi
saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi
sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja.
Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa
nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
2) Pemakaian sabun,
lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
3) Bayi dengan
tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit
mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
4) Kurang hati-hati
ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik
menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi
menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi,
areola di antara gusi atas dan bawah. Untuk menghindari puting susu nyeri atau
lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Tidak
membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat
yang dapat mengiritasi.
b) Sebaiknya
selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit
hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
c) Ibu
dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta
menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi
menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui.
Apabila
dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari
sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan
terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
d) Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana
terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan
jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat
terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan
kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan
sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas
sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada
beberapa hal yang dianjurkan, antara lain:
1) Sebaiknya
ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak
terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara
(mastitis)
2) Gunakan BH
dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
3) Keluarkan
ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan
saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang
payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara
dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum
menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin
setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
e) Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi
yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya
terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu
tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka.
Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak
lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut
di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi
stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses.Ibu perlu mendapatkan
pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang
nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik
(demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam
menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu
ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu
memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat
dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.
f) Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini
disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan
ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak
sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak
berisi cairan.Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter
ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat.Mungkin perlu
dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan
anlgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat.Bayi dihentikan untuk menyusui
sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan
kembali.Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa
dijadwal (sesuka bayi).
g) Air Susu Kurang
Masih banyak
ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya,
sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat
besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu
pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi
terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik,
cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan
untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan
terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Hal ini
dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan
di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan
usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi
sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung
puting, bayidengan kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi
kembar, bayi
sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
1. Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati.
Pada saat bayi menangis,
maka cari sumber penyebabnya.Dan yang paling sering karena kurang ASI.
2. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung
Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu
formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting
susu ibu berbeda dengan
mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi,
gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktorpemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
3. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat
badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah
menyusui karena refleks
menghisapnya lemah.Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat
di rumah sakit, harus
lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih
sayang dan bila memungkinkan
disusui.
4. Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadarbilirubin dalam darah tinggi. Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia
pada bayi maka:
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkanmekonium, bilirubin dapat
dikeluarkan melalui feses sehingga mencegahbayi tidak kuning.
5. Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir
sumbing tetap masih bisa
menyusu. Pada bayi denganbibir
sumbing pallatum
molle (langit-langit lunak) dan pallatum
durum(langit-langit keras), dengan
posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Anjuranmenyusui pada keadaan ini dengan cara:
6. Bayi Kembar
Posisi yang
dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah
dengan posisi memegang bola (football position).Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian.Susuilah bayi sesering mungkin.Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah
bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
7. Bayi Sakit
Bayi
sakit dengan indikasi khusus
tidak diperbolahkan mendapatkanmakanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi
sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi
menyusui yang tepat dapat
mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk
mengurangi bayi tersedak
karena regurgitasi.
8. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung
lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan
optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses
laktasi tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua
bibir bayi segera
setelahbayi dapat
“menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
9. Bayi yang Memerlukan
Perawatan
Pada saat bayi
sakit dan memerlukan
perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI.Apabila
tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
5.
FAKTOR MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PEMBERIHAN
Di
Indonesia sendiri Kementerian Kesehatan menargetkan cakupan ASI eksklusif
sebesar 80% dianggap masih sulit terlaksana. Berbagai faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI harus diantisipasi sejak awal seperti tahap-tahap
berikut ini.
a. Inisiasi Dini
Pemberian ASI sejak dini
sangat dianjurkan dilakukan oleh setiap ibu setelah melahirkan. Bayi yang lahir
cukup bulan akan mempunyai naluri untuk menyusu kepada ibunya pada 20-30 menit
setelah lahir. Minta bantuan perawat atau bidan Anda untuk meletakkan bayi di
atas perut sesaat setelah dia lahir. Dia akan mampu mencari payudara dan
menyusu dengan baik selama kurang lebih 50 menit.
b. Rawat Gabung
Jika tidak ada masalah medis, perawatan
ibu dan bayi dapat dilakukan selama 24 jam bersama dalam satu tempat tidur atau
satu ruangan. Kontak fisik yang sering dilakukan pada bayi akan menstimulasi
hormon prolaktin dalam memproduksi ASI. Pastikan bayi dapat menyusu pada satu
jam pertama setelah dia lahir. Ini akan berpengaruh pada keberhasilan pemberian
ASI selanjutnya.
c. Memerah ASI
Jika Anda kesulitan menyusui pada awal kelahiran, minta
perawat atau bidan untuk membantu Anda memompa atau memerah ASI. Biasanya
dilakukan 10-20 menit tiap 2-3 jam sekali, hingga bayi dapat menyusu.
d. Berpikir Positif dan Ciptakan Suasana Menyenangkan
Buang emosi, rasa cemas, dan panik agar dapat memotivasi Anda
dalam pemberian ASI. Bayi tidak akan mendapatkan cukup ASI jika hanya
mengandalkan refleks prolaktin saja. Namun hormon oksitosin yang dipengaruhi
pikiran dan perasaaan Anda, dapat merangsang otot saluran ASI agar berkontraksi
dan kelenjar susu dapat keluar dengan lancar.
e. Menyusui Setelah Operasi Cesar
Keadaan tidak cukup sadar dan kondisi luka operasi salah satu
hambatan dalam proses menyusui pada awal melahirkan. Bayi pun terpengaruh obat
yang diberikan oleh ibunya sehingga dia akan sering mengantuk. Tetap susui bayi
sesering mungkin agar proses menyusui sukses berjalan hingga akhir.
f. Susui Kapanpun Bayi Menginginkannya
Pada pagi hingga siang hari, susui bayi tiap 2-3 jam sekali,
dan 4-5 jam sekali pada malam hari. Ini disebabkan lambung bayi berukuran
kecil, sehingga membuatnya mudah lapar. Umumnya bayi menyusu selama 20-40
menit.
g. Atur Jadwal
Disela waku menyusui, Anda dapat beristirahat saat bayi
sedang tidak menyusui. Semakin bertambahnya usia bayi, Anda akan mengetahui
pola menyusui bayi, sehingga memudahkan untuk mengatur jadwal istirahat. Pola
menyusui ini akan terus berubah sesuai dengan petumbuhan bayi.
h. Dukungan Keluarga
Keberhasilan menyusui juga dipengaruhi dukungan dari keluarga
maupun suami. Terkadang banyak nasihat yang diberikan oleh orang tua, dan
keluarga lainnya. Dengarkan pengalaman mereka sebagai masukan yang bermanfaat
bagi program menyusui Anda. Bila menghadapi kritikan dan tekanan yang tidak
mendukung dalam pemberian ASI,
hadapi dengan bijaksana agar tidak menambah panik dan bingung.
DAFTAR
PUSTAKA
Pitriani, Risa dan Andriyani,Rika. 2014.Panduan
Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb III).Yogyakarta.Deepublish.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar