Senin, 01 Mei 2017

ISBD ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PROGRAM KB




MAKALAH
ISBD ASPEK SOSIAL BUDAYA 
DALAM PROGRAM KB



Dosen Pengampu : Nur Khasanah S.ST M.Kes


Disusun Oleh                :

Kelompok            : III ( Tiga )
Anggota               : B. 13 2
Kelas                    : B.13.2






UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D.IV BIDAN PENDIDIK
TAHUN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keluarga berencana adalah rogram yang dibentuk oleh pemerintah untuk menurunkan tingkat fertilitas, salah satunya melalui pemakaian alat kontrasepsi. Dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia menciptakanlah program keluarga berencana. Program ini sangat bermanfaat dalam mengatur jumlah anak.

B.     Tujuan

1.    Untuk mengetahui mamfaat dari keluarga berencana.
2.    Untuk menurunkan tingkat fertilitas

C.    Rumusan Masalah

1.    Aspek sosial budaya dalam program kb
2.    Tujuan Program Keluarga Berencana(KB)
3.    Faktor-Faktor Yang Mempengarui Pemakai Alat Kontrasepsi
4.    Faktor-Faktor Yang Menghambat Pemakaian Alat Kontrasepsi




BAB II
PEMBAHASAN

A.    ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PROGRAM KB
Mendengar kata keluarga berencana(KB). Mungkin tidak asing bagi kita. Akan tetapi apabila kita berikan pertanyaan apa itu sebenarnya KB?, Apa tujuan KB dan apa faktor-faktor yang mempengaruinya? Apa hubungan dengan aspek sosial budaya, sertaapa pentingnya seorang perawat atau bidan perlu mengetahuinya. Mungkin banyak pertanyaan itu membutuhkan pengetahuan yang lebih banyak untuk menjawabnya. Untuk itu dalam bab ini, kita akan mencoba membahas semua pertanyaan itu.

Apa Itu Keluarga Berencana(KB)
Pencanangan program keluarga berencana(KB) pertama kali di canangkan pada tahun 1970 dengan dibentuknya suatu badan yang mempunyai tugas mensukseskan program tersebut. Badan tersebut adalah badan koordinasi keluarga berencana Nasional (BKKBN). Program keluarga berencana merupakan sarana untuk menurunkan tingkat fertilitas, salah satunya melalui pemakaian alat kontrasepsi. Dengan pemakaian alat kotrasepsi ini diharapkan akan dapat mengatur jumlah anak yang diinginkan.(Rusli Chaniago, 2000)
BKKBN dalam hal ini menyarankan masyarakat untuk memiliki dua(2) anak saja. Seorang mahasiswa keperawatan yang kritis, kemudian akan bertanya, apakah saran tersebut juga berlaku pada masyarakat tingkat sosial ekonomi atas?. Pertanyaan ini menarik dan tentunya akan membawa kita pada suatu pertanyaan yang lebih mendasar, yaitu mengapa BKKBN menyarankan dua anak saja. Kita tentunya perlu memahami bahwa jumlah masyarakat Indonesia terbilang besar. Sensus tahun 2007 saja menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 210 juta orang. Dengan jumlah penduduk yang besar tentunya pemerintah semakin sulit untuk mengatur dan menyediakan berbagai fasilitas dalam rangka meningkat kan kesejahteraan. Kondisi ini terjadi, apabila masyarakat tersebut menjadi beban pemerintah. Akan tetapi bagaimana bila masyarakat tersebut menjadi agen yang membatu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dalam kondisi seperti itu, tentunya memiliki banyak anak tidak masalah. Jadi, masalahnya dalam kepemilikan jumlah anak adalah” apakah orang tua dapat memberikan pendidikan, makanan yang bergizi dan lain sebagainya sehingga
dapat melahirkan generasi yang tangguh. Akan tetapi, apabila masyarakat tersebut berada pada kondisi dimana mengalami kesulitan secara ekonomi, pendidikan yang rendah, lalu apakah dia dapat menyediakan kebutuhan untuk melahirkan generasi yang tangguh atau hanya akan menambah jumlah penduduk yang menjadi beban pemerintah dan juga beban keluarga.
Pemerintah melalui BKKBN menyarankan penggunaan alat kontrasepsi untuk
mengontrol memiliki anak. Alat kontrasepsi yang digunakan dalam program keluarga
berencana adalah:
a. Cara mekanik kontrasepsi intra unterine devince/ spiral kondom.
b. Cara kimiawi pil KB, suntik





B.     TUJUAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)
Target atau sasaran dalam program keluarga berencana adalah pasangan usia subur yaitu pasangan usia 15-49 tahun, kemudian anggota masyarakat, institusi dan wilayah.
Program keluarga brencana ini memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum kecil dan sejahtera adalah secara bertahap dalam rangka perkembangan dan pembudayaan norma keluarga kecil keluarga bahagia dan sejahtera.(BKKBN).
Adapun tujuan khususnya adalah;
1.      Penurunan tingkat kelahiran.
2.      Meningkatkan jumlah peserta KB.
3.      Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang tingkat harapan hidup, menurunkan kematian bayi.
4.      Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap masalah kependudukan dalam melembagakan NKKBS.
5.      Meningkatkan dan memantapkan peran dan tanggungjawab pasangan usia subur dan generasi muda dalam penanggulangan masalah kependudukan.

C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PEMAKAI ALAT KONTRASEPSI.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, apakah perawat atau bidan, kita tentu nya memiliki kepentingan untuk membantu masyarakat mencapai tingkat kesehatan yang baik, salah satunya adalah membantu masyarakat menggunakan alat kontrsepsi untuk mengontrol memiliki anak. Hal yang penting perlu disadarioleh para tenaga kesehatan adalah bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada masyarakat tidak hanya ditentukan oleh faktor kesehatan itu sendiri, akan tetapi terdapat faktor lain seperti sosial budaya, serta program KB itu sendiri. Seringkali program kesehatan mengalami banyak kegagalan karena tidak memperhatikan faktor luar tersebut yang memilki pengaruh yang besar.
1.      Faktor Sosial Budaya
Faktor pertama yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi adalah faktor sosial budaya, aspek sosial budaya yang mempengaruhi adalah:
1)      Alasan pribadi , misal nya kurang dari 20 tahun, atau lebih dari 35 tahun.
2)      Ingin menjarangkan kehamilan
3)      Ingin membatasi anak
4)      Pendidikan meningkat

2.      Faktor kesehatan
Faktor kedua yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi adalah faktor kesehatan. Alasan kesehatan yang mempengaruhi adalah :
1)      Terlalu sering hamil tidak baik untuk kesehatan ibu.

3.      Faktor Program KB
Faktor ketiga yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi adalah faktor program KB itu sendiri, aspek program yang mempengaruhi adalah :
Pemahaman masyarakat yang baik akan program KB

4.      Kemudahan untuk memperoleh
5.      Jarak rumah mereka dengan lembaga yang bertanggungjawab terhadap program.
D.    FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PEMAKAIAN ALAT
Selain memahami faktor yang mempengarui masyarakat menggunakan alat kontrasepsi, disisi lain kita juga perlu memahami mengapa masyarakat masih enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Beberapa factor yang menghambat penggunaan alat kontrasepsi adaalah faktor sosial budaya, adat istiadat, agama, pilihan jenis kelamin, pandangan nilai anak, pendidikan yang rendah, serta ekonomi.
1.      Faktor sosial budaya
Tidak dapat kita hindari bahwasanya faktor sosial budaya memegang peranan penting dalam perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat untuk tidak menggunakan alatkontrasepsi ternyata dipengarui oleh adat istiadat dan atau kepercayaan dalam budaya tertentu. Misalkan saja:
1)      Senang banyak anak sebagai aset.
2)      Mengawinkan anak pada usia muda untuk memperoleh keturunan
3)      Kurangnya pendidikan
4)      Ekonomi yang sulit(tidak punya uang)
5)      Pilihan jenis kelamin(laki/perempuan)

Contoh pada masyarakat bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika belum memiliki anak perempuan,mereka mencoba terus memiliki anak sampai mendapatkan anak perempuan.

2.      Agama.
Berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi, terdapat kelompok masyarakat agama yang menerima dan menolak program tersebut. Dalam konteks ini tentunya sebagai tenaga kesehatan, kita perlu memahami pandangan kepercayaanatau agama pada masyarakat yang menjadi sasaran program KB. Tentunya kepercayaan agama bukanlah suatu yang dapat kita paksakan, tetapi yang terpenting adalah kita memahaminya. Sebagai seorang tenaga kesehatan yang memiliki tugas mensukseskan program ini, tentunya kita menjadi paham bahwa kesuksesan suatu program kesehatan masyarakat tidak hanya di pengarui oleh program itu sendiri, akan tetapi oleh faktor lain. Seperti sosial budaya tersebut ditemukan oleh LIPSET dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa pendapatan, pendidikan, dan status sosial merupakan factor yang penting dalam partisipasi dalam program keluarga berencana (KB).











BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dengan mengetahui manfaat keluarga berencana sehingga masyarakat bisa mengatur jumlah anak, sehingga anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Dengan menurunkan tingkat fertilitas masyarakat dianjurkan untuk hanya memiliki dua orang anak saja, sehingga dalam keluarga dapat menjaga ketentraman.

B.     SARAN
Selaku umat manusia kita harus memperhatikan berbagai kondisi dalam berkeluarga merencanakan sebelum kelahiran dan mengantisipasi banyaknya kelahiran dengan metode-metode keluarga berencana.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembacanya.



DAFTAR PUSTAKA
Badrujaman,Aip.2008. SOSIOLOGI UNTUK MAHASISWA KEPERAWATAN.Jakarta:Tran Info Media.


1 komentar:

  1. titanium trimmer | TITIAN ROCKET - TITIAN ROCKET
    TITIAN ROCKET is the finest does titanium have nickel in it playing rock, featuring a sophisticated all-new high-rolling sound engine surgical steel vs titanium with ford escape titanium 2021 a oakley titanium sunglasses dynamic, titanium dioxide formula five-reel high

    BalasHapus