MAKALAH
ISBD ASPEK SOSIAL BUDAYA
DALAM PROGRAM KB
Dosen
Pengampu : Nur Khasanah S.ST
M.Kes
Disusun
Oleh :
Kelompok : III ( Tiga )
Anggota : B. 13 2
Kelas : B.13.2
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PROGRAM
STUDI D.IV BIDAN PENDIDIK
TAHUN
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keluarga berencana adalah rogram yang dibentuk oleh
pemerintah untuk menurunkan tingkat fertilitas, salah satunya melalui pemakaian
alat kontrasepsi. Dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk Indonesia,
sehingga pemerintah Indonesia menciptakanlah program keluarga berencana.
Program ini sangat bermanfaat dalam mengatur jumlah anak.
B.
Tujuan
1. Untuk mengetahui mamfaat dari
keluarga berencana.
2. Untuk menurunkan tingkat fertilitas
C.
Rumusan Masalah
1.
Aspek sosial budaya dalam program kb
2.
Tujuan Program Keluarga Berencana(KB)
3.
Faktor-Faktor Yang Mempengarui Pemakai Alat
Kontrasepsi
4. Faktor-Faktor Yang Menghambat
Pemakaian Alat Kontrasepsi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PROGRAM KB
Mendengar kata keluarga berencana(KB). Mungkin tidak
asing bagi kita. Akan tetapi apabila kita berikan pertanyaan apa itu sebenarnya
KB?, Apa tujuan KB dan apa faktor-faktor yang mempengaruinya? Apa hubungan
dengan aspek sosial budaya, sertaapa pentingnya seorang perawat atau bidan
perlu mengetahuinya. Mungkin banyak pertanyaan itu membutuhkan pengetahuan yang
lebih banyak untuk menjawabnya. Untuk itu dalam bab ini, kita akan mencoba
membahas semua pertanyaan itu.
Apa Itu
Keluarga Berencana(KB)
Pencanangan program keluarga berencana(KB) pertama
kali di canangkan pada tahun 1970 dengan dibentuknya suatu badan yang mempunyai
tugas mensukseskan program tersebut. Badan tersebut adalah badan koordinasi
keluarga berencana Nasional (BKKBN). Program keluarga berencana merupakan
sarana untuk menurunkan tingkat fertilitas, salah satunya melalui pemakaian
alat kontrasepsi. Dengan pemakaian alat kotrasepsi ini diharapkan akan dapat
mengatur jumlah anak yang diinginkan.(Rusli Chaniago, 2000)
BKKBN dalam hal ini menyarankan masyarakat untuk
memiliki dua(2) anak saja. Seorang mahasiswa keperawatan yang kritis, kemudian
akan bertanya, apakah saran tersebut juga berlaku pada masyarakat tingkat
sosial ekonomi atas?. Pertanyaan ini menarik dan tentunya akan membawa kita
pada suatu pertanyaan yang lebih mendasar, yaitu mengapa BKKBN menyarankan dua
anak saja. Kita tentunya perlu memahami bahwa jumlah masyarakat Indonesia
terbilang besar. Sensus tahun 2007 saja menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
adalah 210 juta orang. Dengan jumlah penduduk yang besar tentunya pemerintah
semakin sulit untuk mengatur dan menyediakan berbagai fasilitas dalam rangka
meningkat kan kesejahteraan. Kondisi ini terjadi, apabila masyarakat tersebut
menjadi beban pemerintah. Akan tetapi bagaimana bila masyarakat tersebut
menjadi agen yang membatu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dalam kondisi seperti itu, tentunya memiliki banyak
anak tidak masalah. Jadi, masalahnya dalam kepemilikan jumlah anak adalah” apakah
orang tua dapat memberikan pendidikan, makanan yang bergizi dan lain sebagainya
sehingga
dapat
melahirkan generasi yang tangguh. Akan tetapi, apabila masyarakat tersebut
berada pada kondisi dimana mengalami kesulitan secara ekonomi, pendidikan yang
rendah, lalu apakah dia dapat menyediakan kebutuhan untuk melahirkan generasi
yang tangguh atau hanya akan menambah jumlah penduduk yang menjadi beban
pemerintah dan juga beban keluarga.
Pemerintah melalui BKKBN menyarankan penggunaan alat
kontrasepsi untuk
mengontrol
memiliki anak. Alat kontrasepsi yang digunakan dalam program keluarga
berencana
adalah:
a. Cara
mekanik kontrasepsi intra unterine devince/ spiral kondom.
b. Cara kimiawi pil KB, suntik
B.
TUJUAN
PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)
Target atau sasaran
dalam program keluarga berencana adalah pasangan usia subur yaitu pasangan usia
15-49 tahun, kemudian anggota masyarakat, institusi dan wilayah.
Program
keluarga brencana ini memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum kecil dan sejahtera adalah secara bertahap dalam rangka
perkembangan dan pembudayaan norma keluarga kecil keluarga bahagia dan
sejahtera.(BKKBN).
Adapun
tujuan khususnya adalah;
1. Penurunan tingkat kelahiran.
2. Meningkatkan jumlah peserta KB.
3. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu
peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang tingkat harapan hidup,
menurunkan kematian bayi.
4. Meningkatkan kesadaran kepada
masyarakat terhadap masalah kependudukan dalam melembagakan NKKBS.
5. Meningkatkan dan memantapkan peran
dan tanggungjawab pasangan usia subur dan generasi muda dalam penanggulangan
masalah kependudukan.
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI
PEMAKAI ALAT KONTRASEPSI.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, apakah perawat atau
bidan, kita tentu nya memiliki kepentingan untuk membantu masyarakat mencapai
tingkat kesehatan yang baik, salah satunya adalah membantu masyarakat
menggunakan alat kontrsepsi untuk mengontrol memiliki anak. Hal yang penting
perlu disadarioleh para tenaga kesehatan adalah bahwa penggunaan alat
kontrasepsi pada masyarakat tidak hanya ditentukan oleh faktor kesehatan itu
sendiri, akan tetapi terdapat faktor lain seperti sosial budaya, serta program
KB itu sendiri. Seringkali program kesehatan mengalami banyak kegagalan karena
tidak memperhatikan faktor luar tersebut yang memilki pengaruh yang besar.
1.
Faktor Sosial Budaya
Faktor pertama yang mempengaruhi masyarakat menggunakan
alat kontrasepsi adalah faktor sosial budaya, aspek sosial budaya yang
mempengaruhi adalah:
1) Alasan pribadi , misal nya kurang
dari 20 tahun, atau lebih dari 35 tahun.
2) Ingin menjarangkan kehamilan
3) Ingin membatasi anak
4) Pendidikan meningkat
2.
Faktor kesehatan
Faktor kedua yang mempengaruhi masyarakat menggunakan
alat kontrasepsi adalah faktor kesehatan. Alasan kesehatan yang mempengaruhi
adalah :
1) Terlalu sering hamil tidak baik
untuk kesehatan ibu.
3.
Faktor Program KB
Faktor ketiga yang mempengaruhi masyarakat menggunakan
alat kontrasepsi adalah faktor program KB itu sendiri, aspek program yang
mempengaruhi adalah :
Pemahaman
masyarakat yang baik akan program KB
4.
Kemudahan untuk memperoleh
5.
Jarak rumah mereka dengan lembaga
yang bertanggungjawab terhadap program.
D.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT
PEMAKAIAN ALAT
Selain memahami faktor yang mempengarui masyarakat
menggunakan alat kontrasepsi, disisi lain kita juga perlu memahami mengapa
masyarakat masih enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Beberapa factor
yang menghambat penggunaan alat kontrasepsi adaalah faktor sosial budaya, adat
istiadat, agama, pilihan jenis kelamin, pandangan nilai anak, pendidikan yang
rendah, serta ekonomi.
1.
Faktor sosial budaya
Tidak dapat
kita hindari bahwasanya faktor sosial budaya memegang peranan penting dalam
perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat untuk tidak menggunakan
alatkontrasepsi ternyata dipengarui oleh adat istiadat dan atau kepercayaan
dalam budaya tertentu. Misalkan saja:
1) Senang banyak anak sebagai aset.
2) Mengawinkan anak pada usia muda
untuk memperoleh keturunan
3) Kurangnya pendidikan
4) Ekonomi yang sulit(tidak punya uang)
5) Pilihan jenis
kelamin(laki/perempuan)
Contoh pada
masyarakat bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika belum memiliki anak
perempuan,mereka mencoba terus memiliki anak sampai mendapatkan anak perempuan.
2.
Agama.
Berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi, terdapat
kelompok masyarakat agama yang menerima dan menolak program tersebut. Dalam
konteks ini tentunya sebagai tenaga kesehatan, kita perlu memahami pandangan
kepercayaanatau agama pada masyarakat yang menjadi sasaran program KB. Tentunya
kepercayaan agama bukanlah suatu yang dapat kita paksakan, tetapi yang
terpenting adalah kita memahaminya. Sebagai seorang tenaga kesehatan yang
memiliki tugas mensukseskan program ini, tentunya kita menjadi paham bahwa kesuksesan
suatu program kesehatan masyarakat tidak hanya di pengarui oleh program itu
sendiri, akan tetapi oleh faktor lain. Seperti sosial budaya tersebut ditemukan
oleh LIPSET dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa pendapatan, pendidikan,
dan status sosial merupakan factor yang penting dalam partisipasi dalam program
keluarga berencana (KB).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dengan
mengetahui manfaat keluarga berencana sehingga masyarakat bisa mengatur jumlah
anak, sehingga anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Dengan
menurunkan tingkat fertilitas masyarakat dianjurkan untuk hanya memiliki dua
orang anak saja, sehingga dalam keluarga dapat menjaga ketentraman.
B.
SARAN
Selaku umat manusia
kita harus memperhatikan berbagai kondisi dalam berkeluarga merencanakan
sebelum kelahiran dan mengantisipasi banyaknya kelahiran dengan metode-metode
keluarga berencana.
Demikian yang dapat
kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Badrujaman,Aip.2008. SOSIOLOGI UNTUK MAHASISWA KEPERAWATAN.Jakarta:Tran
Info Media.
titanium trimmer | TITIAN ROCKET - TITIAN ROCKET
BalasHapusTITIAN ROCKET is the finest does titanium have nickel in it playing rock, featuring a sophisticated all-new high-rolling sound engine surgical steel vs titanium with ford escape titanium 2021 a oakley titanium sunglasses dynamic, titanium dioxide formula five-reel high