Senin, 24 April 2017

HIPERTENSI PREEKLAMSIA

MAKALAH
FARMAKOLOGI
“HIPERTENSI PREEKLAMSIA”
Dosen Pembimbing: Indrawati Kurnia Setyani, S. Farm, Apt

Disusun Oleh : Kelompok 3
1.         Yunian sari                        (16140200)
2.         Erika Nur Fitriana              (16140215)
3.         Ria Abdah Sari                  (16140201)
4.         Yulia Yunara Seran           (16140210)
5.         Yunita Santi Lalo              (16140216)



PRODI DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TA 2016/2017
KATA PENGANTAR

     Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “HIPERTENSI PREEKLAMSIA” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Farmakologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
      Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahua. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
      Sekiranya hanya ini yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan, akhir kata kami ucapkan Terimakasih.
           


                                                                                         Yogyakarta, 22 Februari 2017
                                                                                             Hormat kami,


Penyusun








DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………...         i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...          ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...............          iii
1.1 Latar Belakang………………………………………………………............................            1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………….............................            2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………...................            2

      1. Pengertian hipertensi kehamilan…………………………………................              3
      2. Jenis-jenis hipertensi pada kehamilan…………………………...............               4
      3. Penyebab dan hipertensi pada kehamilan……………………..............               4
       4. Studi kasus hipertensi preeklamsi…………………………………..............               5

B  Obat Antihipertensi yang aman bagi ibu hamil………………….............               6
C. Pengobatan Hipertensi pada ibu hamil…………………..........................                               8

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………........                18
3.2 Saran………………………………………………………………………………..................                                18
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….........                                19




BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

          Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbidotas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas , jiiga oleh perawatan dalam persalina masih dtangani oleh petugas nonmedik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami olh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik pusat maupun daerah.
Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui pembuluh darah (suntikan intravena).  Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga medis baik pusat maupun daerah.








B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang Dimaksud Dengan Hipertensi pada kehamilan.….??
b. Contoh Studi Kasus Penanganan Hipertensi Preeklamsi……??
c.  Apa Jenis Obat hipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil……??
d. Bagaimana pengobatan untuk hipertensi pada kehamila……??
e. Obat apa Saja untuk hipertensi pada kehamlan…….……….??
f. Apa saja jenis dari obat Diuretik…………………………....??


C. TUJUAN
a. Mengetahui pengertian Hipertensi Pada Kehamilan.
b.Mengetahui penanganan Hipertensi Preeklamsi
c. Mengetahui jenis-jenis Hipertensi Pada Kehamilan
d. Mengetahui Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil.
   e. Mengetahui daftar obat antihipertensi
   f. Mengetahui jenis dari obat diuretik













BAB II
TINJAUAN TEORI

A. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN                 
1. Pengertian Hipertensi pada kehamilan              
             Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat    Referensi lain megatakan bahwa hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg.    Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan dua kali selang empat jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≤30 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi.
              Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang bisa dikatakan penderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama atau lebih tinggi dari 90 mmHg. Resiko hipertensi semakin meningkat pada usia 50-an keatas, hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya sebenarnya, sebagian besar hipertensi tidak memberikan gejala ( asistomatis )Hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala dan tanda. Hal inilah mengapa sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.

Klasifikasi
Sistol (mmHg)
Diastole (mmHg)
Normal
<120
<80
Prehipertensi
120-139
80-90
Hipertensi Tingkat 1
140-159
90-100
Hipertensi Tingkat 2
>160
>100

2. Jenis-jenis Hipertensi kehamilan
a. hipertentensi kronis
          Jika tekanan darah selama kehamilan tetapi sebelum20 minggu atau berlangsung lebih dari 12 minggu setelah melahirkan,hal ini dikenal sebagai hipertensi kronis.

b. hipertensi Gestasional
          Jika tekanan darah tinggi brkmbang stl 20mggu kehamilan,ini d nmkan hipertensi gestasional.hiprtensi gestasional biasanya hilang setelah kehamilan.

c.Preeklamsi                                                                                                                               Kadang hipertensi kronis atau hipertensi Gestasional pada kehamilan menunjukkan preeklamsi,suatu kondisi serius yg di tandai dengan TD tinggi dan protein dalam urine setelah 20 minggu kehamilan.Jika tidak di obati,preeklamsi dpt menyebabkan masalah serius bahkan fatal-komplikasi bagi ibu dan bayi.

3. Penyebab dan Dampak Hipertensi pada Kehamilan
        Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak satupun teori yang dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adaptasi kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan lain-lain.
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.


4. Studi kasus Hipertensi Preeklamsia
           Ny. artalita 37btahun hamil 7 bulan,di diagnosis dokter menderita preeklamsia (TD 160/90) ,untuk menurunkan tekanan darahnya di terapi dengan nifedipin.

 Pembahasan :
 pada kasus di atas, ny artalita mempunyai tekanan darah 160 / 90 yang masuk dalam kategori hipertensi tahap 2,Ny. Artalita hamil 7 bulan dan menderita preeklamsia yang disebabkan oleh hipertensinya tersebut sehingga pengobatannya harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya. Beberapa obat dapat memberi resiko bagi kesehatan ibu, dan dapat memberi efek pada janin juga . selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir ( teratogenesis ), dan resiko terbesar adalah pada kehamilan 3 sampai 8 minggu. Selama trimester ke dua dan ke tiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional pada janin atau dapat meracuni placenta. Terapi yang didapat Ny. Artalita berupa pemberian nifedipin. Menurut kami terapi tersebut tidak tepat karena pemakaian obat- obat golongan antagonis kalsium seperti verapamil , nifedipin , dan diltiazem selama kehamilan ternyata menunjukkan kecenderungan yang besar terjadinya hipotensi pada maternal dan menyebabkan terjadinya hipoksia fetal. Nifedipin dapat dipakai  sebagai terapi hipertensi untuk Ny. Artalita jika digunakan bersamaan dengan mg SO4 untuk mengatasi preeklampsianya (sebagai anti kejang ) . Namun dosis terapinya harus diperhatikan karena dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan hipotensi yang lebih parah. Untuk pilihan terapi sebaiknya digunakan metildopa sebagai drug of choice , lalu dapat dipilih juga hidrolazin dan labetalol.






B. OBAT ANTIHIPERTENSI YANG AMAN BAGI IBU HAMIL
1. α-Metildopa           
       Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik  pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan.

Metildopa
Nama Dagang : Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg, Medopa (Armoxindo)    tablet salut selaput 250 mg, Tensipas (Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg, 250 mg, Hyperpax (Soho) tablet salut selaput 100 mg

Indikasi : Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.

Kontraindikasi : Depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas.

Efek samping : mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat. 

Peringatan : mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal, disarankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi. 

Dosis dan aturan pakai : oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.

2. Labetalol            
           Labetalol merupakan antihipertensi non kardioselektif yang memiliki kerja penghambat beta lebih dominan dibandingkan antagonis alfa. Melalui penggunaan labetalol, tekanan darah dapat diturunkan dengan pengurangan tahanan sistemik vaskular tanpa perubahan curah jantung maupun frekuensi jantung yang nyata sehingga hipotensi yang terjadi kurang disertai efek takikardia. Selain itu, labetalol juga dapat melakukan blokade terhadap efek takikardia neonates yang disebabkan oleh terapi beta bloker pada ibu . Sehingga labetalol dapat dikatakan sebagai obat alternative yang lebih aman dan efektif diberikan pada kehamilan.
Pemberian labetalol dapat secara oral maupun injeksi bolus intravena. Dosis oral harian labetalol berkisar dari 200-2400 mg/hari dengan dosis awal 2 x 100 mg. Dosis pemeliharaan biasanya 2 x 200-400 mg/hari. Akan tetapi pada pasien dengan hipertensi gawat, dosis dapat mencapai 1,2 hingga 2,4 gram/hari. 

Labetalol sebagai suntikan bolus intravena secara berulang-ulang 20-80 mg untuk mengobati hipertensi gawat. Mabie, dkk (1987) memberikan labetalol 10 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tekanan darah tidak berkurang dalam waktu 10 menit, pasien diberi 20 mg. Dalam 10 menit berikutnya adalah 40 mg yang diikuti 40 mg dan kemudian 80 mg apabila belum tercapai respon yang bermanfaat. Sedangkan The Working Group (2000)merekomendasikan bolus 20 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tidak efektif dalam 10 menit, dosis dilanjutkan dengan 40 mg, kemudian 80 mg setiap 10 menit, hingga dosis total sebanyak 220 mg.
Efek samping yang sering timbul adalah kelelahan, lemah, sakit kepala, diare, edema, mata kering, gatal pada kulit kepala dan seluruh tubuh serta susah tidur. Hipotensi postural juga dapat terjadi akan tetapi sangat jarang.

C. PENGOBATAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL       
        Banyak sekali tipe obat berbeda yang dapat digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang disebut dengan antihypertensive medicines (obat-obat anti hipertensi). Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah dan mengembalikannya pada ukuran normal dengan obat-obat yang mudah di konsumsi, tersedia, jumlahnya sedikit mungkin, jika memungkinkan tanpa ada efek samping. Tujuan pengobatan tersebut hampir selalu tercapai pada pengobatan hipertensi. Jika tekanan darah tinggi hanya bisa di kendalikan dengan obat-obatan medis, maka perlu mengkonsumsi obat-obatan itu untuk sisa hidup.
            Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat).
              Penyerapan obat dapat melalui saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui pembuluh darah (suntikan intravena). Kehamilan sendiri mengganggu penyerapan obat karena lebih lamanya pengisian lambung yang dikarenakan peningkatan hormon progesteron. Volume distribusi juga meningkat selama kehamilan, estrogen dan progesteron mengganggu aktivitas enzim dalam hati sehingga berpengaruh dalam metabolisme obat. Ekskresi oleh ginjal juga meningkat selamakehamilan.
             Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pengobatan hipertensi kehamilan maka perlu diketahui mekanisme pengobatan hipertensi secara umum, sebab pengobatan hipertensi secara umum tidak jauh beda dengan pengobata hipertensi pada kehamilan, tapi pada absorpsi obat dan dampak pengobatan dan hipertensi itu sendiri pada janinnya.  
           Jenis-jenis obat anti hipertensi (tekanan darah tinggi)
      1. Diuretics obat-obat jenis ini membantu tubuh untuk meniadakan tubuh dari cairan dan sodium yang berlebihan sehingga pembuluh darah tidak terlalu berat bekerja karena terlalu banyaknya cairan dalam tubuh.
        
      2. ACE inhibitor bekerja dengan mencegah suatu bahan kimia dalam darah, angiotensin I, dari yang diubah menjadi suatu zat yang meningkatkan retensi garam dan air dalam tubuh. Obat ini juga membuat pembuluh darah rileks, yang selanjutnya mengurangi tekanan darah.
Obat ini bertindak pada langkah selanjutnya dalam proses yang sama yang ACE inhibitor mempengaruhi. Seperti inhibitor ACE, mereka menurunkan tekanan darah dengan pembuluh relaxingblood.

      3. Beta blockers mempengaruhi respon tubuh terhadap impuls saraf tertentu. Hal ini, pada gilirannya, menurunkan tingkat kekuatan dan kontraksi jantung, yang menurunkan tekanan darah.

      4. Dilator Pembuluh darah (vasodilator), seperti hydralazine (Apresoline) dan minoxidil (Loniten). Obat ini menurunkan tekanan darah dengan relaksasi otot-otot di dinding pembuluh darah.

      5. Kalsium channel blockers, seperti amlopidine (Norvasc), diltiazem (Cardizem), isradipine (DynaCirc), nifedipin (Adalat, Procardia), dan Obat verapamil (Calan, Isoptin, Verelan). di grup ini memperlambat gerakan kalsium ke dalam sel pembuluh darah. This relaxes the blood vessels and lowers blood pressure.
Hal ini menenangkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
Obat ini mengontrol tekanan darah dengan menghilangkan kelebihan garam dan air dari tubuh.
      6. Saraf blocker, seperti methyldopa alpha (Aldomet), clonidine (Catapres), guanabenz (Wytensin), guanadrel (Hylorel), guanethidine (Ismelin), prazosin (Minipress), derivatif rauwolfia (reserpin), dan terazosin (Hytrin).. Obat ini kontrol impuls saraf di sepanjang jalur saraf tertentu. Hal ini memungkinkan vesselsto darah rileks dan menurunkan tekanan darah.

Prinsip pengobatan Hipertensi
     Mengurangi besarnya desakan isi pembuluh terhadap dinding arteri dengan cara :
     a. mengurangi besarnya isi volume darah
     b. membuat pembuluh darah lebih rileks, tidak spasme/kejang
     c. melebarkan pembuluh darah.

 Akibat yang ditimbulkan oleh hipertensi
     a. hipertropi otot jantung akibat dari hiperfungsi
     b. penebalan dinding pembuluh darah, (arteriosklerosis) karena usaha menahan  
     c. naiknya tekanan pada dinding pembuluh.
     d. Meningkatnya fragilitas pembuluh darah, sehingga rentang terjadi rupture dan perdarahan pada otak maupun organ lain..








OBAT DIURETIK
   Obat diuretik adalah sekelompok obat yang bekerja langsung padaginjal dan meningkatakan produksi urin dan garam Natrium.Efek utama diuretik adalah mengurangi reabsorpsi nsatrium dan klorida pada tubuli ginjal, sedangkan bertmbahnya pengeluara air adalah akibat sekndr dari ekskresi garam tersebut. Dalam klinik diuretic dipakai pada pengobatan edema, hpertensi, dan kadag kadang dipakai untuk pencegahan kegagalan ginjal kuat.
Pada prinsipnya, diuretik akan meningkatkan volume urin. Hal ini akan menurunkan volume cairan eksraseluler (terutama darah). Pengurangan volume ini akan menurunkan cardiac output sehingga akhirnya tekanan darah juga menurun. Nah yang ada di otot polos vaskuler akan menurunkan resistensi vaskuler dan juga menyebabkan penurunan tekanan darah.
Ada 5 jenis obat diuretik yang dibahas di sini yaitu diuretik osmotik, inhibitor karbonik anhidrase, loop diuretik (diuretik kuat), tiazid dan diuretik hemat kalium (potassium sparing diuretik).
1. DIURETIK OSMOTIK                                                
          Diuretik osmotik itu mengacu pada zat non elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal serta menarik air. Ada empat syarat suatu zat dikatakan diuretik osmotik, yaitu:
1.   Difiltrasi secara bebeas oleh glomerulus
2.   Tidak/sedikit direabsorpsi oleh tubulus
3.   Bersifat inert (sukat bereaksi)
4.   Tidak dimetabolisme
Contohnya adalah mannitol (paling umum), urea, gliserin, dan isosorbid. 

Cara kerja obat diuretik osmotik adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik dalam lumen tubular (makanya namanya diuretik osmotik). Hal ini menyebabkan ekskresi air dan elektrolit meningkat. Elektrolit tersebut yaitu Na, K, Ca, Mg, HCO3 dan fosfat.

Pemberian manitol dan urea adalah secara intravena, sedangkan gliserin dan isosorbid dapat diberikan per oral. Gliserin paling banyak dimetabolisme yaitu sebesar 80% dan manitol 20%. Urea dan isosorbid tidak dimetabolisme. Semua obat ini diekresi melaluiginjal.

Indikasi pemberian:
1.  Glaukoma dan edema otak (sering dipakai)
2. Sindroma disekuilibrium ( waktu dialisis kan bisa terjadi penarikan air yang berlebihan sehingga timbul hipovolemia, orangnya jadi hipotensi, sakit kepala, kejang dan depresi)
3. profilaksis pada penyakit nekrosis tubular akut (ATN) akibat bedah, trauma atau pemberian media kontras pada pemeriksaan radiologi ginjal.

Efek samping:
1. Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena peningkatan volume plasma pada awal pemberian.
2. hiponatremia dan hipovolemia
3.  reaksi hipersensitivitas
4. Trombosis vena, hiperglikemia dan glikosuria (pemberian gliserin)
                              
Kontraindikasi (keadaan-keadaan dimana obat ini tidak boleh diberikan):
1. Gagal ginjal dengan anuria
2. Edema paru dan dehidrasi
3. Perdarahan intrakranial karena obat ini menarik air dari cairan otak



2. INHIBITOR KARBONIK ANHIDRASE
Karbonik anhidrase adalah enzim yang bekerja pada reaksi CO2 + H2O menjadi H2CO3 dan sebaliknya. Inhibitor karbonik anhidrase (untuk selanjutnya disingkat IKA) bekerja pada beberapa tempat. Di ginjal, IKA menghambat reabsorpsi bikarbonat (HCO3-) dan mengurangi pertukaran Na-H sehingga NaHCO3 dieksresi bersama air. Inilah efek diuretiknya.
Pada mata, menghambat pembentukan aqueus humor (cairan mata), mengurangi tekanan intra okuler (terapi pada glaukoma). Pada CNS, IKA memiliki efek antikonvulsan (anti kejang).

Yang termasuk IKA adalah asetazolamid, diklorfenamid dan metazolamid.
Di dalam sel tubuli ginjal, IKA menghambat perubahan CO2 + H2O menjadi H2CO3 sehingga pembentukan H+ dan HCO3- di tubuli juga berkurang. Jumlah H+ untuk diekskresi dan ditukar dengan Na akan berkurang sehingga ekskresi Na+ akan meningkat (untuk mereabsorpsi Na, maka H+ harus dieksresi). Pada akhirnya, akan terjadi peningkatan ekskresi air. HCO3- juga akan diekskresi sehingga darah cenderung menjadi asam (asidosis) sementara urin menjadi alkalis. Ekskresi kalium juga akhirnya meningkat.

Efek samping
1.   Asidosis metabolik akibat peningkatan ekskresi HCO3-
2.   Batu ginjal (batu fosfat dan kalsium)
3.   Peningkatan sekresi NaHCO3 meningkatkan eksresi K
4.   Parestesia, disorientasi

Obat ini tidak boleh diberikan pada penderita sirosis hati karena dapat menghambat konversi NH3 menjadi NH4+, akibatnya NH3 menumpuk di darah (hiperammominemia). Inilah yang menyebabkan disorientasi karena amonia merupakan toksik pada CNS.

IKA diindikasikan pada :
1. pasien glaukoma, epilepsi
2. paralisis periodik familial
3. alkalosis metabolik (inget aja kerja IKA adalah mengurangi reabsorpsi HCO3 sehingga kadar HCO3 di darah akan menurun)
4. acute mountain sickness (gejala mual, muntah, pusing, dan insomnia yang biasanya dialami para pendaki gunung saat berada di ketinggian lebih dari 3000 m)
5. alkalinisasi urin (dengan banyaknya HCO3 di urin, maka pembentukan batu sistin dan urat dapat dicegah.
3. THIAZIDE
Termasuk kelompok obat ini adalah hidroklorotiazid (HCT), klorotiazid, bendroflumetiazid, klotalidone, metolazone dan indapamide
Thiazide disekresi oleh tubulus proksimal namun baru bekerja di tubulus kontortus distal. Ia bekerja dengan menghambat simporter Na dan Cl dari lumen ke tubular. Pada keadaan normal, simporter ini berfungsi membawa Na dan Cl dari lumen ke sel epitel tubulus. Akibatnya, ekskresi Na dan Cl akan meningkat (tentunya disertai dengan ekskresi air juga). Beberapa juga memiliki efek inhibitor karbonik anhidrase yang lemah.
Selain meningkatkan ekskresi Na dan Cl, thiazide juga meningkatkan ekskresi kalium. Ia juga menghambat sekresi asam urat sehingga dapat menyebabkan hiperurisemia dan gout. Melalui mekanisme yang belum diketahui, obat ini juga dapat mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Karena ekskresi kalsium kurang, maka kalsium akan meningkat kadarnya di darah sehingga obat ini mampu menghambat progresifitas osteoporosis. Ekskresi magnesium pun dibuat meningkat olehnya.

Efek samping :
1. hipokalemia, menyebabkan peningkatan resiko toksisitas digitalis (obat anti aritmia)
2. Hiponatremia dan hipomagnesemia (kekurangan magnesium)
3.  hiperurisemia
4.  hiperglikemia dan hiperkolesterolemia, sehingga tidak dianjurkan untuk penderita DM dan dislipidemia
5. hiperkalsemia (jangka panjang). Bagus buat orang tua karena mengurangi resiko osteoporosis
6. disfungsi seksual

Tiazide berinteraksi dengan digitalis dan menyebabkan resiko aritmia menjadi meningkat. Obat ini juga mengurangi efikasi antikoagulan, anti diabetik dan dan urikosurik.

Thiazide diindikasikan pada hipertensi, gagal jantung ringan hingga sedang, edema, diabetes insipidus nefrogenik (nefrogenik artinya ADH nya normal, namun reseptor ginjal gagal merespon ADH), mencegah kehilangan kalsium pada penderita osteoporosis dan nefrolitiasis kalsium.

4.  DIURETIK HEMAT KALIUM (POTASSIUM SPARING DIURETIK)
Termasuk dalam kelompok obat ini adalah
 a. Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren)
b.  Antagonis aldosteron (spironolactone, eplerenone).

Pada mekanisme inhibitor kanal Na, obat ini dapat menghambat reabsorpsi Na sekaligus mengurangi sekresi K. Pada mekanisme antagonisme aldosteron, obat diuretik hemat kalium (DHK) mem-blok reseptor aldosteron sehingga mengurangi reabsorpsi Na dan K pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes. Dengan demikian, ekskresi K juga berkurang.
Karena efeknya yang relatif lemah, DHK biasanya dikombinasikan dengan diuretik lain. Selain itu, dengan dikombinasikan bersama obat lain resiko hipokalemia dapat dihindari. Penggunaan jangka panjang DHK ternyata memberikan efek kardioprotektif dengan mencegah hipertrofi dan fibrosis miokard.

Efek samping obat ini termasuk hiperkalemia, efek anti androgenik, dan anemi megaloblastik (jenis obat triamteren) karena obat ini adalah antagonis folat (kalau di buku farmakologi dan terapi disebutkan bahwa obat ini menghambat kerja enzim dihidrofolat reduktase). Folate sebagaimana yang kita tahu berfungsi dalam pematangan inti sel darah merah.

DHK diindikasikan pada pasien hipertensi, namun biasanya pemakaiannya dikombinasikan dengan antihipertensi lain untuk memperkuat efek dan mencegah hipokalemia. Hati-hati pemberian triamteren pada kondisi hiperkalemia atau kondisi yang rentan untuk terjadinya hiperkalemia (seperti gagal ginjal atau sedang dalam pengobatan dengan ACE inhibitor, ARB, NSAID dan suplemen kalium. ACE inhibitor dan ARB akan menurunkan sekresi aldosteron sehingga bahaya hiperkalemia semakin besar).

5.  DIURETIK LOOP/HIGH CEILING        
Diuretika golongan ini merupakan diuretika yang sangat poten (high  efficacy). Diuretika ini dapat menghasilkan ekskresi 15-30% natrium yang difiltrasikan, dengan mulai kerja yang cepat, tetapi masa kerjanya pendek (4-6 jam). Jadi berbeda dengan tiazid yang memiliki masa kerja panjang (8-12 jam untuk HCT, klorotiazid, dan siklopentiazid), 24 jam untuk bendroflumetiazid, dan bisa sampai 2-3 minggu untuk klortalidon.
Mekanisme Kerja
Kerja utama diuretika loop adalah mengurangi reabsorpsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of Henle.
Asam etakrinat juga mempunyai efek hambatan terhadap rebsorpsi natrium pada tubuli distal.
Pertukaran Na-K bertambah karena banyaknya jumlah natrium yang masuk ke dalam lumen tubuli distal, sehingga hasil akhir pemberian diuretika loop akan meningkatkan volume urin yang di keluarkan serta kehilangan lebih banyak natrium, klorida dan kalium. Kehilangan ION CL berlebihan bisa menginduksi tejadinya alkalosis metabolisme (alkalosis metabolik hipokleremik), dan hilangnya ion K dapat mempermudah timbulnya intoksikasi digitalis.

Efek Samping
Efek samping dapat berupa hipotensi atau syok, hipokalemi, hiperurikemi, pembesaran prostat, ototoksistas (di prhebat bila di berikan bersama gentmisin).
Penggunaan Klinis
Penggunaan klinis diuretika loo ini meliputi edema paru akut, edema pada penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati. Juga pada keadaan hiperkalesmi dan hiperkalemi.















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
      Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
       Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belumdiketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak satupun teori yang dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adptasi kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan lain-lain.
     Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah dan mengembalikannya pada ukuran normal dengan obat-obat yang mudah di konsumsi, tersedia, jumlahnya sedikit mungkin, jika memungkinkan tanpa ada efek samping.


3.2  SARAN
       Pengobatan tekanan darah tinggi dimulai dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Jika perubahan-perubahan itu tidak memberikan hasil, mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat untuk penderita darah tinggi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika anda harus mengkonsumsi obat-obatan, alangkah baiknya disertai dengan perubahan gaya hidup yang dapat membantu anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda konsumsi.
Pada Ibu hamil sebaiknya sering melakukan ANC untuk mengetahui kondisi janin maupun perkembangannya agar segala hal yang mengarah patologis dapat diantipasi segera.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,Agung Endro.2012.Farmakologi Obat-Obat Penting Dalam Pembelajaran Ilmu Farmasi Dan Dunia Kesehatan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Anief,Moh.2007.Penggolongan Obat.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar