Senin, 24 April 2017

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT



NAMA   : YUNIAN SARI
NIM       : 16140200
KELAS : B13.2

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A.    KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH
Pengaturan kebutuhan caiaran dan elektrolit dalam tubuholeh  ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
1.Ginjal
 Ginjal  merupakan organ yang  memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai pengatur  air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan pengaturan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
 Proses pengaturan kebutuhan  keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti  glomerulus sebagai  penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung  500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus,  10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate gomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya  menyarap  semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi  oleh  ADH dan aldosteron dengan  rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2.Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriola kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokonstriksi. Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit mengaruhi  jumlah  keringat yang dikeluarkan. Proses pelepasan panas  kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.
 Keringat merupakan sekresi  aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat dapat diperoleh dari aktifitas otot,suhu lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas.
 Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancara yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi dan konveksi. Cara konduksi yaitu pengalihan penas ke benda yang disentuh, sedangkancara konveksi yaitu mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.

3.Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan engan menghsilkan insensible water loss ± 400 ml / hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang melakuan olah raga berah.

4.Gastroinstestinal
Merupan organ saluran pencernaan ang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluarin air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
Pengaturan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh sistem indokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem aldosteron,prostaglandin, dan glukokortikoid.
a.     ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meingkatkan reabsobsi air shingga dapat mengendalikan keseimbangan dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipitalamus yang ada di hipofisis posterior yang mengskresi ADH meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ektasel.
b.    Aldosteron
Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi pada absobsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensinrenin.
c.     Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jeringan yang berfungsi merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal asam lemak iniberperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.    Glukokortikloid
Hormone ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan folume dararah meningkat  sehingga terjadi retensi natrium.

Mekanisme rasa  haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan merangsang pelepasan renin.  Pelepasan rennin tersebut dapat menimbulkan produksi  angiotensin II yang merangsag hipotalamus, sehingga menimbulkan rasa haus.




1.     KEBUTUHA CAIRAN BAGI  TUBUH
Kebutuhan  dasar manusia secara filosofi  memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan hamper 90% dari total berat badan. Sementara itu sisanya  merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan,  persentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan pada bayi beru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total bearat badan, wanita dewasa  55% dari total berat badan, dn deawsa tua 45% dari total brat badan, sekain itu presentase jumlah caira tubuh yang bervariasi juga  bergantung pada lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. J ika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuhpun akan besar.  Wanita dewasa mempunyai  jumlah cairan  tubuh lebih sedikit dibandng pada pria, karena jumlah lemka dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan lemak dalam tubuh pria dewasa.
Ditribusi Cairan Tubuh
   Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistridusi ke dalam 2 kompartemen utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Cairan intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel sedangkan cairan ekstraselular adalah cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sel membran yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total badan air(Body’s Water) tubuh manusia terdapat di dalam cairan intrasellular dan 33% sisanya akan berada pada cairan ekstrasellular. Air yang berada di dalam cairan ekstrasellular ini kemudian akan terdistribusi kembali kedalam 2 Sub-Kompartemen yaitu ada cairan interstisial (ISF) dan cairan intravaskular (plasma darah). 75% dari air pada kompartemen cairan ekstraselular ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan interstisial) dan 25%-nya akan berada pada plasma darah(cairanintravaskular).
Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan Cairan Ekstrasellular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel membran yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk tiap zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua kompartemen juga akan berbeda. Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free ions).

Tabel kebutuhan cairan berdasarkan usia dan berat badan
Umur
Kbutuhan air
Jumlah air dalam 24 jam
Ml/kg berat badan
3 hari
250 -  300 
80 – 100
1 tahun
1150 – 1300
120 – 135
2 tahun
1350 – 1500
115 – 125
4 tahun
1600 – 1800
100 – 110
10 tahun
2000 – 2500
70 – 85
14 tahun
2200 – 2700
50 – 60
18 tahun
2200 – 2700
40 – 50
Dewasa
2400 – 2600
20 – 30



Fungsi cairan
Ø  Mempertahankan panas tubuh dan pengatuan temperature tubuh
Ø  Transpor nutrient ke sel
Ø  Transpor hasil sisa metabolism
Ø  Transpor hormon
Ø  Pelumas antar organ
Ø  Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistim kardiovaskuler.

2.     CARA PERPINDAHAN CAIRAN
1.  Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasicairan,dantemperaturcairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2.Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.

Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.


3. Transfor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif.Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosi yang memerlikan aktifitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakan berbagai materi guna menembus membran sel.
Prose ini dapat menerima/memindahkan molekul dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Prosen ini penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Sebagai contoh natrium dan kalium , dimana natrium dipompa keluar sel dan kalium dipompa masuk di dalam sel.


3.     FAKTOR YANG BERPENGARH DALAM PENGATURAN CAIRAN
1.Tekanan cairan
 Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

2. Membran semipermiabel
merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.

4.     JENIS CAIRAN
a. Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istrahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan utrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri atas:
1.     Karbohidrat dan air
Contoh: dekstrosa (glukosa), levulosa (fruktusa), serta invert sugar (1/2 dekstrosa       dan ½ levulosa).
2.     Asam amino
Contoh: amigen, aminosol, dan travamin.
3.     Lemak
Contoh: lipomul dan liposyn.

b. Blood volume expanders
Mmerupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami perdarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis Blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dexstran dengan konsetrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

5.     GANGGUAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN
1. Hipovolume atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penrunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon  kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vascular.

Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial., tubuh akan mengeluarkan cairan keluar sel. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu sebagai berikut :
a.     Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya      yang seimbang.
b.    Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada elektrolitnya.
c.      Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.

Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume). Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdarkan derajatnya adalah sebagai berikut.
    
      a.  Dehidrasi berat
1)   Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 liter.
2)   Serum natrium 159-166 mEq/l.
3)   Hipotensi.
4)   Turgor kulit buruk.
5)   Oliguria, nadi, dan pernapasan meningkat.
6)   Kehilangan cairan mencapai >10% BB.

      b.  Dehidrasi sedang
1)   Kehilangan cairan 2-4 L / antara 5-10% BB
2)   Serum natrium 152-158 mEq/l
3)   Mata cekung

    
      c.  Dehidrasi ringan
1)   Kehilangan cairan mencapai 5% BB
2)   Pengeluaran cairan tersebut  sekitar 1,5-2 L

2.  Hipervolume atau Overdehidrasi
Terdapat dua manifestasi yang di timbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antar jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang berada di daerah perifer atau akan mencekung setelah di tekan di daerah yang bengkak. Hal ini disebabkan karena perpimdahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan membekunya cairan ke permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial, sehingga menyebabkan edeme anasarka (edema yang terdapat di seluruh tubuh). Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke membarn paru-paru dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dyspnea, batuk, dan suara ronki. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.



B.    KEBUTUHAN ELEKTROLIT

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.

Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt, Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.


1. Pengaturan Elektrolit

 a. Natrium (Na+)
Merupakankation paling banyakdalamcairanekstrasel. Na+mempengaruhikeseimbanagan air, hantaranimpulssarafdankontraksiotot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel  melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi  ion di lakukan oleh ginjal. Normalnyasekitar 135-148 mEq/lt.


b. Kalium (K+)
Merupakankationutamacairanintrasel.Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturankeseimbanaganasambasa, karena ion Kdapatdiubahmenjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel.Nilainormalnyasekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

c. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, bergunauntukintegritaskulitdanstruktursel, konduksijantung, pembekuandarah, sertapembentukantulangdangigi. Kalsium dalam cairan ekstra sel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.

d. Magnesium (Mg2+)
Merupakankationterbanyakkeduapadacairanintrasel. Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.  Sumber magnesium didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan.Nilainormalnyasekita 1,5-2,5 mEq/lt.

e. Klorida (Cl ˉ )
Terdapatpadacairanekstraseldanintrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron.Normalnyasekitar 95-105 mEq/lt.

f. Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstra sel dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknatdiaturolehginjal.

g. Fosfat (PO4)
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asambasa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.









NILAI-NILAI NORMAL

Jeniscairandanelektrolit
Nilai normal dalamtubuh
-      Potasium [K+]
-      Sodium [Na+]
-      Kalsium [Ca2+]
-      Magnesium [Mg2+]
-      Fosfat [PO42-]
-      Klorida [Cl-]
-      Bikarbonat [HCO3]
3.5 – 5 mEq/L
135 – 145 mEq/L
8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
1.5 – 2.5 mEq/L
2.7 – 4.5 mg/dl
98 – 106 mEq/L
24 – 28 mEq/L



2.     Jenis cairan elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:
1.      Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
2.      Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
3.      Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3


3.  Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.

2) Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.

3) Hipokalemia
M erupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
4) Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5)  Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.


9)     C. KESEIMBANGAN ASAM BASA
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan  bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein.

Jenis Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system pernapasan, ginjal juga berperan untuk  mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat kompleks.




Pengaturan keseimbangan asam basa
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur konsentrasi ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.

 Gangguan keseimbangan asam basa

1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
 Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
Ø      Emfisema
Ø    Bronkitis kronis
Ø    Pneumonia berat
Ø    Edema pulmoner
Ø    Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
d. Diagnosa
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema.
Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

2.  Asidosis Metabolik
a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
       Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama adalah:
1.Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
Jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
·    Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
·    Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
·    Ketoasidosis diabetikum
·    Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
·    Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid   atau amonium klorida
·    Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi atau kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
·    rasa nyeri
·    sirosis hati
·    kadar oksigen darah yang rendah
·    demam
·    overdosis aspirin.
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam darah arteri pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

4. Alkalosis Metabolic
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
·    Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
·    Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
·    Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.

e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.


D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan   cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan.   Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh   masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,  IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula  pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan  kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan  panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga  dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari  200 ml/ 24 jam).
7.Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8.Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan  akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.
Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, serta sebagai tindaka pengobatan dan pemberian makanan.

   Persiapan Bahan dan Alat :
  1. Standar infuse
  2. Perangkat infuse
  3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
  4. Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
  5. Pengalas
  6. Tourniquet/pembendung
  7. kapas alkohol 70%
  8. Plester
  9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadine™
12. Sarung tangan
Prosedur Kerja :
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
  3. Hubungakan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan)
  4. Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
  5. Letakkan pengalas
  6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
  7. Gunakan sarung tangan
  8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
  9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
  10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
  11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
  12. Buka tetesan
  13. Lakukan desinfeksi dengan betadine™ dan tutup dengan kasa steril
  14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
  15. Catat respons yang terjadi
  16. Cuci tangan
Cara menghitung tetesan infus :
a)     Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan /menit = jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Atau
tetesan/menit = Σ keb.cairan x faktor tetesan
lama infuse (jam) x 60 menit
Keterangan :
Faktor tetsan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes / menit, 15 tetes / menit dan 20 tetes / menit)
b)     Anak :
Tetesan per menit (mikro) = jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus (jam)




Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan Alat dan Bahan :
  1. Standar infus
  2. Perangkat transfusi
  3. NaCl 0,9%
  4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
  5. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
  6. Pengalas
  7. Tourniquet/ pembendung
  8. Kapas alcohol 70%
  9. Plester
  10. Gunting
  11. Kasa steril
  12. Betadine™
  13. Sarung tangan
Prosedur Kerja :
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai proosedur yang akan dilakukan
  3. Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan menusukkannya
  4. Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan udaranya keluar.
  5. Letakkan pengalas
  6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
  7. Gunakan sarung tangan
  8. Desinfeksi daerah yang akan disuntik
  9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
  10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
  11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi
  12. Buka tetesan
  13. Lakukan desinfeksi dengan betadine™ dan tutup dengan kasa steril
  14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
  15. Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar ± 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
  16. Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluwarsa
  17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi
  18. Catat respons terjadi
  19. Cuci tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar