MAKALAH
ASUHAN
KEBIDANAN
“ABORTUS
PADA KEHAMILAN”
Disusun Oleh : Kelompok
1
1.
Yunian sari (16140200)
2.
Eka Putri Ayu (16140198)
3.
Reka Tri Wahyuni (16140230)
4.
Notin Lolita
(16140148)
5.
Apliana (16150147)
6.
Nova klara Agata (16140253)
7.
Elviana
(16150042)
8.
Natalia Ice (16150146)
9.
Sofia Gusti Ayu (16140256)
10. Sania
Sumtaki (16140274)
PRODI
DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
TA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan yang
berjudul “Abortus.”
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan sebagai pembelajaran mata
kuliah Asuhan Kebidanan. Dalam menyusun ini penulis banyak dibantu oleh dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan demi kelancaran penulis tulis
ini dan teman-teman yang telah memberikan semangat dan dorongan.
Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Penulis
berharap karya tulis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam
pembelajaran Asuhan Kebidanan. Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak
terhindar dari kekeliruan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Dan karenanya, segala saran dan kritikan yang membangun yang datang
dari pembaca sangat penulis butuhkan sebagai bahan masukan untuk perbaikan di
masa-masa mendatang.
Yogyakarta,
26 Februari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................. i
KATA
PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................. iii
BAB
I : PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang......................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................. 3
C.
Tujuan.................................................................................................... 3
D.
Manfaat.................................................................................................. 3
BAB
II PEMBAHASAN
A.Pengertian
Aborsi..................................................................................
6
B.
Penyebab Aborsi................................................................................... 6
C.
Patofisiologi......................................................................................... 10
D.
Macam-macam Aborsi.........................................................................
11
E. Tabel
diagnosa banding perdarahan kehamilan muda......................... 19.
F.
Komplikasi akibat abortus....................................................................
22
BAB
III PENUTUP
A.Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................ 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah
terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan.
Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage,
early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih
tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah
sesuai dengan pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat
terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat
dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu
sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan
perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus
provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi.
Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan
atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil
akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari
pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114
kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan
antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus
sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari
ibu maupun dari janin, oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus
memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk selalu memeriksakan
kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.
Pada
remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka
hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja
meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang
mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru
berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja
dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama
tertanam, membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan
orang lain. Yang lebih memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman
bila harus membahas seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri.
Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang
kesehatan reproduksi memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan
eksplorasi sendiri.Arus komunikasi dan informasi mengalir deras menawarkan
petualangan yang menantang.Majalah, buku, dan film pornografi yang memaparkan
kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang
dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melalap
“pelajaran” seks dari internet, meski saat ini aktivitas situs pornografi baru
sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari pornografi .
Di
Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian abortus?
2. Apa
saja penyebab abortus?
3. Bagaimana
patofisiologi abortus?
4. Apa
saja macam-macam abortus?
5. Apa
saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?
6. Bagaimana
komplikasi akibat abortus?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian abortus
2. Menjelaskan
penyebab abortus
3. Menjelaskan
patofisiologi abortus
4. Menyebutkan
macam-macam abortus
5. Menjelaskan
diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
6. Menjelaskan
komplikasi akibat abortus
D.
Manfaat
1. Mengetahui
pengertian abortus
2.
Mengetahui penyebab abortus
3.
Mengetahui Mengetahui patofisiologi abortus
4. Mengetahui
macam-macam abortus
5.
Mengetahui diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
6. Mengetahui
komplikasi akibat abortus
A. PENGERTIAN ABORTUS
Abortus merupakan ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai
batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan
melalui metode obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar
disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah
mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil
sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika
anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga dengan
immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh
akibat-akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo,
2010).
B. PENYEBAB ABORTUS
1.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat
menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah :
a) Kelainan
kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling
sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah
trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b) Lingkungan
sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu. Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek
jarak kehamilan.
c) Pengaruh
teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain
misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
2. Kelainan
pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda
misalnya karena hipertensi menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai
sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta,
diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran
darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.
3. Faktor
maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada
vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang
diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.
Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal
pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan
merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia,
tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus,
atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan
dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga
hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi
tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi
hipotiroidism yang nyata.
4. Kelainan
traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri
atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid,
malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus
arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi
pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung
pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan
abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor
hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat
plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab
psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi
uterus lewat hipotalamus-hipofise.
8.
Penyebab dari segi Maternal
1) Penyebab
secara umum:
a) Infeksi
b) Infeksi kronis
v Keracunan, misalnya keracunan
tembaga, timah, air raksa, dll.
v Penyakit
kronis, misalnya
: Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia
berat, penyakit jantung, toxemia
gravidarum
9. Penyebab
dari segi Janin
a)
Kematian janin akibat kelainan bawaan.
d)
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%
kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin.
e)
Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
f)
Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.
C.
PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan
desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta
tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil
konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
D.
MACAM-MACAM ABORTUS
1. Abortus
imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50%
kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti
setelah berlangsung beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara normal.
Meskipun demikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan
akibat perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan
menjelaskan kalu janin mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan
berlanjut.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak
terjadi. Pada abortus ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan
masih bisa berlanjut atau dipertahankan.
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit
atau komplit, sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa
kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk terjadinya
prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim.
v Diagnosa
pada abortus imminent adalah :
(1)
Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).
(2)
Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .
(3)
Serviks dan OUE masih tertutup.
(4)
PP test (+).
v Penanganan
abortus imminens meliputi :
(1)
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
(2)
Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
(3)
Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.
2.
Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang
hingga berat, kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian
bawah dan dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan
intrauteri berlangsung dan hasil konsepsi
masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung
hanya beberapa jam saja.
v Diagnosa
abortus insipiens :
(1)
Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
(2)
Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.
(3)
Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
(4)
Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
(5)
PPtest dapat positif atau negatif .
v Penanganan
Abortus Insipiens meliputi :
(1)
Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
a.
Berikan
ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b.
Segera
lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
(2)
Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a.
Tunggu
ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b.
Jika
perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi).
(3)
untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3. Abortus inkompletus (keguguran
tidak lengkap).
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus
berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta)
yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada
kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementar
serviks tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil
konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan
masih ada sisa-sisa jaringan yang tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
v Diagnosa
abortus inkomplit adalah:
(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š
(2)
Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak
jarang pasiendatang dalam keadaan syok.š
(3)
Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
(4)
PP test positif atau negatif, anemia.
v Penanganan
abortus inkomplit :
(1)
Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin
0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
(2)
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a.
Aspirasi
vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b.
Jika
evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat
diulang setelah 4 jam bila perlu).
(3)
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a.
Berikan
infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau
ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
b.
Jika
perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c.
Evaluasi
sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua
dari cavum uteri. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama
sekali karena dalam massa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah
selesai Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan –
janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri
kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
v Diagnosa
abortus komplets adalah :
(1)
Perdarahan yang sedikit
(2)
Ostium uteri telah menutup
(3)
Uterus telah mengecil
v Penanganan
abortus komplit :
(1)
Tidak perlu evaluasi lagi.
(2)
Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(3)
Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4)
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan
transfusi darah.
(5)
Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
5. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3
kali atau lebih berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama
dengan penyebab abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik
yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross
reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami
abortus.
v Diagnosa
abortus habitualis adalah :
(1)
Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
(2)
Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
(3)
Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap minggu.
(4)
Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari vagina
(5)
Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan
histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.
v Penanganannya terdiri atas :
(1) Memperbaiki keadaan umum.
(2) Pemberian makanan yang sempurna.
(3) Anjuran istirahat cukup banyak.
(4) Larangan koitus dan olah raga.
(5) Terapi dengan hormon progesteron, vitamin,
hormon tiroid, dan lainnyamungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis.
6. Missed abortion
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim
selama 2 bulan atau lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar
kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga
menimbulkan gambaran abortus imminens.
Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus
ini,sekurang kurangnya terjadi pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi
dapat juga dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift.
v Gejala-gejala
selanjutnya ialah :
(1)
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan macerasi
janin.
(2)
Buah dada mengecil kembali.
(3)
Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung terus.
Biasanya keaddan ini berakhir
dengan abortus yang spontan selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati.
Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali, maka janin lebih cepat
dikeluarkan. Sebalikya kalau kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama.
Sebagai batas maksimal retensi janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum
lahir disebut missed abortion (abortus tertunda).
v Diagnosa
missed abortion adalah :
(1)
Gejala subyektif kehamilan menghilang
(2)
Mammae agak mengendor lagi
(3)
Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
(4)
Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
(5)
Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
(6)
Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini perlu
dilakukan.
v Penatalaksanaan
:
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan
apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu
tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah
sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati
lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu
diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,
mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin
secepatnya dikeluarkan
7. Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada
genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai
penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus
kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut
pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih
kecil.
Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi
parametritis, peritonitis, endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus
septik di Parkland Hospital, bahkan darah posotif pada seperempatnya. Hampir
dua pertiga adalah bakteria anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai.
Organisme lain yang dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara lain
adalah haemophilus influenzae, campylobacter jejuni, dan streptokokus grup A.
Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera produk konsepsi disertai anti
mikroba spektrum luas secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu
diberikan terapi suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan
koagulopati intravaskular diseminata.
v Diagnosa
abortus infeksiosa adalah :
(1)
Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti
panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar,
lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
(2)
Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil.
(3)
Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
(4)
Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah pada
serviks uteri.
8. Abortus provokatus (abortus yang
sengaja dibuat)
80
% dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran
kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat
badanbayi belum
1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
v Macam-macam
abortus provokatus :
1) Abortus
provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran
kehamilan, biasanya dengan alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat
dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan penyedotan (vakum)
atau dengan sendok curet.
Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan
hysterotomi juga dapat disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prostaglandin
intra-amnial.
Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit
jantung (rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro cervik.
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah
sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik
diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi
kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah
karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and Gynecologists
(1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik :
a.
Apabila
berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu kesehatan
secara serius. Dalam menentukan apakah memang
b.
Apabila
kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi
wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.
c.
Apabila
berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi dengan
retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
2) Abortus
provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan
tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan
sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi
bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar
abortus yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.
E. Tabel diagnosa banding
perdarahan kehamilan muda
Perdarahan
|
Serviks
|
Uterus
|
Gejala/ tanda
|
Diagnosis
|
Tindakan
|
Bercak hingga sedang
|
Tertutup
|
Sesuai dengan usia gestasi
|
Kram perut bawah
Uterus lunak
|
Abortus
imminens
|
Obserasi
perdarahan
Istirahat
Hindarkan
koitus
|
Sedikit membesar dari normal
|
Limbung atau pingsan
Neri perut bawah
Nyeri goyang porsio
Masa adneksa
Cairan bebas intraabdomen
|
Kehamilan
ektopik yang terganggu
|
Laparotomi dan
parsial
Salpingektomi
Salpingostomi
|
||
Tertutup/terbuka
|
Lebih kecil dari usia gestasi
|
Sedikit/tanpa nyeri perut bawah
Riwayat ekspulsi hasil konsepsi
|
Abortus komplit
|
Tidak perlu
terapi spesifik kecuali perdarahan berlanjut atau terjadi infeksi
|
|
Sedang hingga masif/ banyak
|
Terbuka
|
Sesuai usia kehamilan
|
Kram atau nyeriperut bawah
Belum terjadi ekspulsi hasil
konsepsi
|
Abortus
insipiens
|
Evakuasi
|
Kram atau nyeri perut bawah
Ekspulsi sebagian hasil konsepsi
|
Abortus
inkomplit
|
Evakuasi
|
|||
Terbuka
|
Lunak dan lebih besar dari usia
gestasi
|
Mual/ muntah
Kram perut bawah
Sindroma mirip preeklamsi
Tak ada janin keluar jaringan
seperti anggur
|
Abortus mola
|
Evakuasi
Tatalaksana
mola
|
F.
KOMPLIKASI AKIBAT ABORTUS
Komplikasi yang berbahaya pada abortus
adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan
dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi
uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung
dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi.
3. Infeksi
Sejumlah
penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus
pada sapi yang telah lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada
manusia. Bukti bahwa toxoplasma gondii menyebabkan abortus
pada manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria
monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan
abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan
insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Abortus
spontan secara independen berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi
manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi
vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
4. Syok
Syok
pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank karena
infeksi berat (syok endoseptik).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan
hasil konsepsi, kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia,
trauma, faktor-faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan
lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi
provokatus (buatan). Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat
golongkan menjadi dua, yaitu aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) &
aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam perundang-undangan
Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-undang yaitu
KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur ancaman hukuman
melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak disebutkan soal jenis
aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus atau medisinalis),
diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami
kesulitan saat melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu
wanita tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini
hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak
alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya
saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak
masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin
(melahirkan) yang tidak alami.
DAFTAR PUSTAKA
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta :
EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran
Edisi 29. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar