NAMA : YUNIAN SARI
NIM : 16140200
KELAS
: B13.2
PRINSIP
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH
Pengaturan kebutuhan caiaran dan elektrolit
dalam tubuholeh ginjal, kulit,
paru-paru, dan gastrointestinal.
1.Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni
sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan pengaturan
ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses
pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini
diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter
darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir
melalui glomerulus, 10 persennya
disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrate gomerulus), kemudian mengalir
melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyarap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH
dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/bb/jam.
2.Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam
pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini
diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriola kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokonstriksi.
Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit mengaruhi jumlah
keringat yang dikeluarkan. Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat
diturunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya kurang lebih setengah liter
sehari. Perangsangan kelenjar keringat dapat diperoleh dari aktifitas otot,suhu
lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas.
Proses
pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancara yaitu dengan
melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi dan
konveksi. Cara konduksi yaitu pengalihan penas ke benda yang disentuh,
sedangkancara konveksi yaitu mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan
yang lebih dingin.
3.Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran
cairan engan menghsilkan insensible water
loss ± 400 ml / hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons
akibat perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas),
misalnya orang yang melakuan olah raga berah.
4.Gastroinstestinal
Merupan organ saluran pencernaan ang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluarin air. Dalam
kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
Pengaturan cairan dapat melalui mekanisme
rasa haus yang dikontrol oleh sistem indokrin (hormonal), yakni anti diuretic
hormone (ADH), sistem aldosteron,prostaglandin, dan glukokortikoid.
a. ADH
Hormon
ini memiliki peran dalam meingkatkan reabsobsi air shingga dapat mengendalikan
keseimbangan dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipitalamus yang ada di
hipofisis posterior yang mengskresi ADH meningkatkan osmolaritas dan menurunkan
cairan ektasel.
b. Aldosteron
Hormone
ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi pada
absobsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensinrenin.
c. Prostaglandin
Merupakan
asam lemak yang terdapat pada jeringan yang berfungsi merespon radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal asam lemak iniberperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal.
d. Glukokortikloid
Hormone
ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
folume dararah meningkat sehingga
terjadi retensi natrium.
Mekanisme
rasa haus diatur dalam rangka memenuhi
kebutuhan cairan dengan merangsang pelepasan renin. Pelepasan rennin tersebut dapat menimbulkan
produksi angiotensin II yang merangsag
hipotalamus, sehingga menimbulkan rasa haus.
1. KEBUTUHA CAIRAN BAGI TUBUH
Kebutuhan
dasar manusia secara filosofi
memiliki proporsi besar dalam tubuh dengan hamper 90% dari total berat
badan. Sementara itu sisanya merupakan
bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan,
persentase cairan tubuh berbeda berdasarkan usia. Presentase cairan pada
bayi beru lahir sekitar 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total
bearat badan, wanita dewasa 55% dari
total berat badan, dn deawsa tua 45% dari total brat badan, sekain itu
presentase jumlah caira tubuh yang bervariasi juga bergantung pada lemak dalam tubuh dan jenis
kelamin. J ika lemak dalam tubuh sedikit, maka cairan tubuhpun akan besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan
tubuh lebih sedikit dibandng pada pria, karena jumlah lemka dalam tubuh
wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan lemak dalam tubuh pria dewasa.
Ditribusi
Cairan Tubuh
Di dalam tubuh
manusia, cairan akan terdistridusi ke dalam 2 kompartemen utama yaitu cairan
intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Cairan intraselular adalah
cairan yang terdapat di dalam sel sedangkan cairan ekstraselular adalah cairan
yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sel membran
yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total badan air(Body’s
Water) tubuh manusia terdapat di dalam cairan intrasellular dan 33% sisanya
akan berada pada cairan ekstrasellular. Air yang berada di dalam cairan
ekstrasellular ini kemudian akan terdistribusi kembali kedalam 2
Sub-Kompartemen yaitu ada cairan interstisial (ISF) dan cairan intravaskular
(plasma darah). 75% dari air pada kompartemen cairan ekstraselular ini akan
terdapat pada sela-sela sel (cairan interstisial) dan 25%-nya akan berada pada
plasma darah(cairanintravaskular).
Pendistribusian
air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan Cairan
Ekstrasellular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul
yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel membran yang
memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk tiap
zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua kompartemen juga akan
berbeda. Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk
ion bebas (free ions).
Tabel kebutuhan cairan berdasarkan usia dan berat badan
Umur
|
Kbutuhan air
Jumlah air dalam 24 jam
|
Ml/kg berat badan
|
3 hari
|
250 - 300
|
80 – 100
|
1 tahun
|
1150 – 1300
|
120 – 135
|
2 tahun
|
1350 – 1500
|
115 – 125
|
4 tahun
|
1600 – 1800
|
100 – 110
|
10 tahun
|
2000 – 2500
|
70 – 85
|
14 tahun
|
2200 – 2700
|
50 – 60
|
18 tahun
|
2200 – 2700
|
40 – 50
|
Dewasa
|
2400 – 2600
|
20 – 30
|
Fungsi cairan
Ø Mempertahankan panas tubuh dan pengatuan temperature tubuh
Ø Transpor nutrient ke sel
Ø Transpor hasil sisa metabolism
Ø Transpor hormon
Ø Pelumas antar organ
Ø Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistim
kardiovaskuler.
2. CARA PERPINDAHAN CAIRAN
1. Difusi
Difusi
merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat secara
bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel
membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi
melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi
tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasicairan,dantemperaturcairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2.Osmosis
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2.Osmosis
Osmosis adalah
proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan
konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah
larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini
penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 % merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. larutan liipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3. Transfor Aktif
Proses
perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif.Transpor
aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosi yang memerlikan
aktifitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakan berbagai materi
guna menembus membran sel.
Prose ini dapat
menerima/memindahkan molekul dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
Prosen ini penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan
ekstrasel. Sebagai contoh natrium dan kalium , dimana natrium dipompa keluar
sel dan kalium dipompa masuk di dalam sel.
3.
FAKTOR YANG BERPENGARH DALAM PENGATURAN
CAIRAN
1.Tekanan cairan
Proses difusi dan
osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik juga menggunakan
tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka
larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekul intinya tidak dapat
bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai
kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan tersebut discbut kristaloid.
Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid
adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan
cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik
ini sangat penting dalam proses pembcrian cairan intravena. Biasanya larutan
yang sering digunakan dalam pemberian infus intrmuskular bersifat isotonik
karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting
untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. larutan
intravena yang hipotonik, yang larutan mempuyai konsentrasi kurang pekat
disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotic
plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan
interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar disbanding
cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk
larutan koloid Yang sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan hidrostatik
adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal
ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
2. Membran semipermiabel
merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar
tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
4. JENIS CAIRAN
a. Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istrahat
di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien dapat
diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin
untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan utrien dapat berkisar
antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrien terdiri atas:
1.
Karbohidrat
dan air
Contoh: dekstrosa
(glukosa), levulosa (fruktusa), serta invert
sugar (1/2 dekstrosa dan ½
levulosa).
2.
Asam
amino
Contoh: amigen,
aminosol, dan travamin.
3.
Lemak
Contoh: lipomul dan
liposyn.
b. Blood volume
expanders
Mmerupakan jenis
cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau
plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami perdarahan berat, maka
pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada pasien dengan
luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan hilang dari pembuluh darah di
daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis
Blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dexstran dengan konsetrasi yang berbeda.
Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik sehingga secara langsung dapat
meningkatkan jumlah volume darah.
5. GANGGUAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN
1. Hipovolume atau Dehidrasi
Kekurangan
cairan eksternal dapat terjadi karena penrunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon
kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vascular.
Sebagai kompensasi akibat penurunan
cairan interstisial., tubuh akan mengeluarkan cairan keluar sel. Ada tiga macam
kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu sebagai berikut :
a.
Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan
sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang.
b.
Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan
sejumlah air yang lebih banyak daripada elektrolitnya.
c.
Dehidrasi
hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya
daripada air.
Kehilangan
cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume).
Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke
permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel
dalam waktu yang lama, maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan
meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh
darah. Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdarkan derajatnya adalah
sebagai berikut.
a. Dehidrasi berat
1) Pengeluaran/kehilangan cairan
4-6 liter.
2) Serum natrium 159-166 mEq/l.
3) Hipotensi.
4) Turgor kulit buruk.
5) Oliguria, nadi, dan
pernapasan meningkat.
6) Kehilangan cairan mencapai
>10% BB.
b. Dehidrasi sedang
1) Kehilangan cairan 2-4 L /
antara 5-10% BB
2) Serum natrium 152-158 mEq/l
3) Mata cekung
c. Dehidrasi ringan
1) Kehilangan cairan mencapai 5%
BB
2) Pengeluaran cairan
tersebut sekitar 1,5-2 L
2. Hipervolume atau Overdehidrasi
Terdapat
dua manifestasi yang di timbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).
Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan
hanya terdapat di antar jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan pitting
edema, merupakan edema yang berada di daerah perifer atau akan mencekung
setelah di tekan di daerah yang bengkak. Hal ini disebabkan karena perpimdahan
cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema
tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan
ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan
membekunya cairan ke permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular dapat
meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan
interstisial, sehingga menyebabkan edeme anasarka (edema yang terdapat di
seluruh tubuh). Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan
sejumlah cairan hingga ke membarn paru-paru dan dapat mengakibatkan kematian.
Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dyspnea, batuk, dan suara
ronki. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung yang mengakibatkan
peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke
jaringan paru-paru.
B. KEBUTUHAN
ELEKTROLIT
Elektrolit terdapat pada seluruh
cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient dan sisa metabolism,
seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam
dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan
dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion
yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut anion
dan ion bermuatan positif disebut kation. Contoh kation ayitu natrium,
kalium, kalsium dan magnesium.
Sedangkan anion contohnya klorida,
bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:Natrium:
135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt, Magnesium:
1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat:
2,5-4,5 mEq/lt.Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter
cairan tubuh atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan
kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.
|
1.
Pengaturan Elektrolit
a. Natrium (Na+)
Merupakankation paling banyakdalamcairanekstrasel. Na+mempengaruhikeseimbanagan
air, hantaranimpulssarafdankontraksiotot. ion natrium di dapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan
ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui
ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan
konsentrasi ion di lakukan oleh ginjal. Normalnyasekitar
135-148 mEq/lt.
b. Kalium (K+)
Merupakankationutamacairanintrasel.Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,
sintesa protein, pengaturankeseimbanaganasambasa, karena ion K+ dapatdiubahmenjadi
ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan
seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui
ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium
dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan
ekstrasel.Nilainormalnyasekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh,
bergunauntukintegritaskulitdanstruktursel, konduksijantung, pembekuandarah,
sertapembentukantulangdangigi. Kalsium dalam cairan ekstra sel diatur oleh
kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui
gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat
penyerapan Ca+tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan
resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di
simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
d. Magnesium (Mg2+)
Merupakankationterbanyakkeduapadacairanintrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular
excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan seperti
sayuran hijau, daging dan ikan.Nilainormalnyasekita 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Klorida (Cl ˉ )
Terdapatpadacairanekstraseldanintrasel, berperan dalam
pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan
dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah.
Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan
klorida oleh hormin aldosteron.Normalnyasekitar 95-105 mEq/lt.
f. Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan
terdapat pada cairan ekstra sel dan intrasel dengan fungsi utama adalah
regulasi keseimbangan asam basa. Biknatdiaturolehginjal.
g. Fosfat (PO4)
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.
Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat,
pengaturan asambasa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.
NILAI-NILAI NORMAL
Jeniscairandanelektrolit
|
Nilai
normal dalamtubuh
|
- Potasium [K+]
- Sodium [Na+]
- Kalsium [Ca2+]
- Magnesium [Mg2+]
- Fosfat [PO42-]
- Klorida [Cl-]
- Bikarbonat [HCO3]
|
3.5
– 5 mEq/L
135
– 145 mEq/L
8.5
– 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
1.5
– 2.5 mEq/L
2.7
– 4.5 mg/dl
98
– 106 mEq/L
24
– 28 mEq/L
|
2.
Jenis
cairan elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan
saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap dengan
bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic,
hipotonik dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline
yang banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit:
1. Cairan
Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
2. Cairan
Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
3. Cairan
Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3
|
3. Gangguan Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan
kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium
plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
2) Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium
dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa kering,
oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan, lidah kering, dll.
3) Hipokalemia
M erupakan suatu keadaan kekurangan
kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat.
Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
4) Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar
kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar,
penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya
mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5) Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium
dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam
perut, kejang,bingung, dll.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan
kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami
pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan.
Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu
ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium
dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram
pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3
mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kelebihan kadar magnesium
dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan
kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
|
9) C. KESEIMBANGAN ASAM BASA
Aktivitas
tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur
dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh
7,35 - 7,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme
dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan
sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer
cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat,
larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein.
Jenis Asam Basa
Cairan
basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di
sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali
antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan
garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga
mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3),
yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system pernapasan,
ginjal juga berperan untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat kompleks.
|
Pengaturan keseimbangan asam basa
Pengaturan keseimbangan ion
hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh.
Sebagai contoh, untuk mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara
asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam
pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak
daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga
banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan
paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal
dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme
yang turut membantu mengatur konsentrasi ion hidrogen, dengan penekanan
khusus pada kontrol sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan
ekskresi ion – ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci
sistem kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
|
Gangguan keseimbangan asam basa
1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis
Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk
atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan
dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan
darah menjadi asam.
Tingginya
kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan,
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
Asidosis
respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida
secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:
Ø Emfisema
Ø Bronkitis kronis
Ø Pneumonia berat
Ø Edema pulmoner
Ø Asma.
Selain
itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan
obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat
juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan
gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala
pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk,
rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma.
Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti
atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika
pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi
asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu
beberapa jam bahkan beberapa hari.
d. Diagnosa
Biasanya
diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran
karbondioksida dari darah arteri.
e. Pengobatan
Pengobatan
asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru.
Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita
penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema.
Pada
penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu
diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
2.
Asidosis Metabolik
a. Pengertian
Asidosis
Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring
dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh
terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis
berat dan berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama
adalah:
1.Jumlah asam dalam tubuh dapat
meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi
asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya
adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis
aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh
dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan
asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu
diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali
dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut
keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana
asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi
jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
Jumlah
yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis
jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal
sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal
ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
membuang asam.
· Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal
ginjal
· Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk
ginjal)
· Ketoasidosis diabetikum
· Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
· Bahan beracun seperti etilen glikol,
overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
· Kehilangan basa (misalnya bikarbonat)
melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi atau kolostomi.
c. Gejala
Asidosis
metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau
sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan
dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar
biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan
kematian.
d. Diagnosa
Diagnosis
asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang
diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah
arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur
pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya,
dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah.
Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan
penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam
urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan
toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi
disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan
air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik
tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan
insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis
atau keracunan yang berat.
Asidosis
metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan,
yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya.
Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena;
tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan.
3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis
Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan
yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain
dari alkalosis respiratorik adalah:
· rasa nyeri
· sirosis hati
· kadar oksigen darah yang rendah
· demam
· overdosis aspirin.
c. Gejala
Alkalosis
respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa
gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi
kejang otot dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam darah
arteri pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya
satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika
penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit
ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan
nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan
kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
Pilihan
lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,
kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin.
Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika
kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik.
4. Alkalosis Metabolic
a. Pengertian
Alkalosis
Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis
metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti
yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan
perut).
Pada
kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau
kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab
utama akalosis metabolik:
· Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam
etakrinat)
· Kehilangan asam karena muntah atau
pengosongan lambung
· Kelenjar adrenal yang terlalu aktif
(sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
c. Gejala
Alkalosis
metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut
dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan
pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
e. Pengobatan
Biasanya
alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium
dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.
|
D.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam
hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,
kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan
memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang
juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi
dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta
kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau
gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan
melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan
juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible
water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar
keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya
tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem
melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya
tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada
tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan
usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan
elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat
di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan
sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada
di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam
saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada
di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per
jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan
protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler,
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan
peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi
urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka
bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan
cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan
jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan
pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium
sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia).
Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit
serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal
akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine
akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan
menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan
reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.
Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat
mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga
anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7.Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8.Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif
secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan
beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat
anastesia.
Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat
infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit, serta sebagai tindaka pengobatan dan pemberian makanan.
Persiapan Bahan dan
Alat :
10. Kasa steril
11. Betadine™
12. Sarung tangan
Prosedur Kerja :
Cara menghitung tetesan infus :
a) Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan /menit = jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Atau
tetesan/menit = Σ keb.cairan x faktor tetesan
lama infuse (jam) x 60 menit
Keterangan :
Faktor tetsan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada
label infus (10 tetes / menit, 15 tetes / menit dan 20 tetes / menit)
b) Anak :
Tetesan per menit (mikro) = jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus (jam)
|
Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan
memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi
pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah
dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan Alat dan Bahan :
Prosedur Kerja :
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar