TUGAS
KETERAMPILAN
DASAR KEBIDANAN II
“KESEIMBANGAN
ASAM BASA”
Disusun Oleh :
NAMA
: YUNIAN SARI
NIM :
16140200
KELAS :
B13.2
PRODI
DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
TA
2016/2017
“KESEIMBANGAN ASAM
BASA”
A. PENGERTIAN ASAM DAN
BASA
Ion hidrogen adalah
proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul yang
mengandung atom – atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen dalam larutan
dikenal sebagai asam. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida ( HCL
), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen ( H+ )
dan ion klorida ( CL- ) demikian juga, asam karbonat ( H2CO3)
berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-).
Basa adalah ion
atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion
bikarbonat ( HCO3-), adalah suatu basa karena
dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat ( H2CO3).
Demikian juga ( HPO4 ) adalah suatu basa karena dia dapat
menerima satu ion hidrogen untuk membentuk ( H2PO4 ).
Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam
amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima
ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein
dalam sel-se tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Istilah “basa“
sering digunakan secara sinonim dengan “alkali”. Alkali adalah suatu molekul
yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali – natrium, kalium,
litium, dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti ion Hidroksil (
OH- ). Bagian dasar dari molekul-molekul ini bereaksi secara
tepat dengan ion-ion hidrogen untuk menghilangkanya dari larutan dan oleh
karena itu, merupakan basa-basa yang khas untuk alasan yang serupa,
istilah “alkolis” merujuk pada
kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen dari cairan tubuh, sebaliknya penambahan
ion-ion hidrogen yang berlebihan dikenal sebagai “asidosis “.
Asam dan basa yang
kuat dan lemah
Asam kuat adalah asam
yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam
larutan. Contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan
untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H+.
Contohnya H2CO3.
Basa kuat adalah basa
yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh karena itu
dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH-,
yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O ).
Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena HCO3-berikatan
dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-.
Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan
pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.
TABEL JENIS
JENIS ASAM BASA
B. KESEIMBANGAN
ASAM BASA
Derajat keasaman (pH)
darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu
mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ
dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa
dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru
berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam.
Beberapa prinsip yang
perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu
pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH
> 7.45
2. CO2 (karbondioksida)
adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponenasam. CO2 juga
merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat)
berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis
berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti
terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.
Fluktuasi
konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1.
perubahan eksitabilitas
saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya
pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2.
mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3.
mempengaruhi konsentrasi ion K
bila terjadi perubahan
konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula
dengan cara:
1.
mengaktifkan sistem dapar kimia
2.
mekanisme pengontrolan pH
oleh sistem pernafasan
3.
mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar:
1.
Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel
terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2.
Dapar protein; merupakan
sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3.
Dapar hemoglobin;
merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
4.
Dapar fosfat; merupakan
sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa
sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan,
maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor
dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal
menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
C. PENGATURAN
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Mekanisme homeostatik
yang luar biasa mempertahankan pH plasma, suatu indikator konsentrasi ion
hidrogen (H+) dalam rentang normal yang sempit antara 7,35-7,45.
Mekanisme ini mencakup aktivitas bufer kimia, ginjal, dan paru-paru. Pada
tinjauan ulang, pH didefinisikan sebagai konsentrasi H+,
makin banyak ion hidrogen, makin asam suatu larutan dan makin rendah pH.
Rentang pH yang sesuai dengan kebutuhan hidup (6,8-7,8) menggambarkan perbedaan
sebesar sepuluh kali lipat pada konsentrasi ion hidrogen dalam plasma.
1. Bufer Kimia
Bufer kimia merupakan
substansi yang mencegah perubahan besar dalam ph cairan tubuh dengan membuang
atau melepaskan ion-ion hidrogen, bufer dapat bekerja dengan cepat untuk
mencegah perubahan yang berlebihan dalam konsentrasi ion hidrogen.
Sistem bufer utama
tubuh adalah sistem bufer bikarbonat- asam karbonik. Normalnya ada
20 bagian bikarbonat(HCO3-) untuk satu bagian asam
karbonik (H2CO3). Jika rasio ini berubah, maka nilai pH
akan berubah. Rasio inilah yang penting dalam mempertahankan ph, bukan nilai
absolutnya. Perawat harus mengingat bahwa karbondioksida merupakan asam
potensial, jika CO2 dilarutkan dalam air, ia akan berubah
menjadi asam karbonik (CO2 + H2O = H2CO3).
Karena itu, ketika karbondioksida ditingkatkan, kandungan asam karbonat juga
meningkat dan sebaliknya.
Sistem bufer lain yang
kurang penting adalah cairan ekstraseluler termasuk fosfat anorganik dan
protein plasma. Bufer intraseluler termasuk protein, fosfat organik dan
anorganik, dan dalam sel darah merah, hemoglobin.
2. Ginjal
Ginjal mengatur kadar
bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, ginjal mampu meregenerasi ion-ion
bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion-ion ini dari sel-sel tubulus ginjal. Dalam
keadaan asidosis respiratorik, dan kebanyakan kasus asidosis metabolik, ginjal
mengeksresikan ion-ion hidrogen dan menyimpan ion-ion bikarbonat untuk membantu
mempertahankan keseimbangan. Dalam keadaan alkalosis metabolik dan
respiratorik, ginjal mempertahankan ion-ion bikarbonat untuk membantu
mempertahankan keseimbangan. Ginjal jelas tidak dapat mengkompensasi asidosis
metabolik yang diakibatkan oleh gagal ginjal. Kompensasi ginjal untuk
ketidakseimbangan secara relatif lambat (dalam beberapa jam atau hari).
3. Paru-paru
Paru-paru, dibawah
kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu juga
mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru
melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah
karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam
darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi.
Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2)
juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang
dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis
metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga menyebabkan eliminasi karbon
dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan
alkalosis metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan
penahanan karbondioksida ( untuk meningkatkan beban asam).
D. GANGGUAN
KESEIMBANGAN ASAM BASA
1. Asidosis
Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis Respiratorik
adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam
darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang
lambat.
Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam
keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam.
Tingginya kadar
karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
Asidosis
respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida
secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:
·
Emfisema
·
Bronkitis kronis
·
Pneumonia berat
·
Edema pulmoner
·
Asma.
Selain itu, seseorang
dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang
kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa
sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan
berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat
terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan
sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu
terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan
bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa
hari.
d. Diagnosa
Biasanya diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida
dari darah arteri.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis
respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan
untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru
seperti asma dan emfisema.
Pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan
buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
2. Asidosis
Metabolik
a. Pengertian
Asidosis Metabolik
adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar
bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga
pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai
usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan
jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir
dengan keadaan koma.
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama
adalah:
1.Jumlah asam dalam
tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah
menjadi asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun.
Contohnya adalah
metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis aspirin pun
dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat
menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang
berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya
adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik,
tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk
dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik
bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
Jumlah yang
semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika
ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal
sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal
atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
a.
Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
b.
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
c.
Ketoasidosis diabetikum
d.
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
e.
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat,
metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
f.
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, leostomi atau kolostomi.
c.
Gejala
Asidosis metabolik
ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan mual,
muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat,
namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa
mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin
memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis
biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil dari
darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan
sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.
Untuk mengetahui
penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam
darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan
penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin
biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik
dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh
keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara
mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis
metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan
dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis
atau keracunan yang berat.
Asidosis metabolik
juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila
terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi
bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
3. Alkalosis
Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik
adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan
dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi
rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat
dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah
karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang
paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik adalah:
a.
rasa nyeri
b.
sirosis hati
c.
kadar oksigen darah yang rendah
d.
demam
e.
overdosis aspirin.
c. Gejala
Alkalosis respiratorik
dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal disekitar
bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam darah arteri pH darah
juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya
pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya
adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika
penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas
dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar
karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah
mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik
nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan
berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida
meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan
penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
4. Alkalosis
Metabolic
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik
adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar
bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik
terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah
kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau
bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang
dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang
jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu
banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis
metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang
banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
a.
Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
b.
Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c.
Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau
akibat penggunaan kortikosteroid).
c. Gejala
Alkalosis metabolik
dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan kejang
otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat
terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan
(tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan
darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis
metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium) .
Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.
DAFTAR PUSTAKA
H.Alimul,
A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar