MAKALAH
FARMAKOLOGI
“HIPERTENSI
PREEKLAMSIA”
Dosen Pembimbing: Indrawati Kurnia Setyani, S. Farm, Apt
Disusun Oleh : Kelompok
3
1.
Yunian sari (16140200)
2.
Erika Nur Fitriana
(16140215)
3.
Ria Abdah Sari (16140201)
4.
Yulia Yunara Seran
(16140210)
5.
Yunita Santi Lalo (16140216)
PRODI
DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
TA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “HIPERTENSI PREEKLAMSIA” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
kepada Dosen Mata Kuliah Farmakologi yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahua. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang.
Sekiranya hanya ini yang dapat kami
sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan, akhir kata kami ucapkan
Terimakasih.
Yogyakarta, 22 Februari 2017
Hormat kami,
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbidotas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas , jiiga oleh perawatan dalam persalina masih dtangani oleh petugas nonmedik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami olh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga medic baik pusat maupun daerah.
Apapun yang seorang
wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada janinnya. Seberapa
banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari bagaimana obat
tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi
(pengeluaran sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui saluran cerna, saluran
napas, kulit, atau melalui pembuluh darah (suntikan
intravena). Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap
lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam
kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua tenaga medis baik pusat maupun
daerah.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang Dimaksud
Dengan Hipertensi pada kehamilan.….??
b. Contoh Studi Kasus
Penanganan Hipertensi Preeklamsi……??
c. Apa Jenis Obat hipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil……??
c. Apa Jenis Obat hipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil……??
d. Bagaimana
pengobatan untuk hipertensi pada kehamila……??
e. Obat apa Saja untuk
hipertensi pada kehamlan…….……….??
f. Apa saja jenis dari
obat Diuretik…………………………....??
C. TUJUAN
a. Mengetahui
pengertian Hipertensi Pada Kehamilan.
b.Mengetahui
penanganan Hipertensi Preeklamsi
c. Mengetahui jenis-jenis Hipertensi Pada Kehamilan
d. Mengetahui Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil.
c. Mengetahui jenis-jenis Hipertensi Pada Kehamilan
d. Mengetahui Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil.
e. Mengetahui daftar obat antihipertensi
f. Mengetahui jenis dari obat diuretik
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
1. Pengertian Hipertensi pada kehamilan
Penyakit darah tinggi atau
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan
angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun
alat Referensi lain megatakan bahwa hipertensi adalah
tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran
tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan dua kali selang empat jam. Kenaikan
tekanan darah sistolik ≤30 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak
dipakai lagi.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang bisa dikatakan penderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama atau lebih tinggi dari 90 mmHg. Resiko hipertensi semakin meningkat pada usia 50-an keatas, hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya sebenarnya, sebagian besar hipertensi tidak memberikan gejala ( asistomatis )Hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala dan tanda. Hal inilah mengapa sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang bisa dikatakan penderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama atau lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik sama atau lebih tinggi dari 90 mmHg. Resiko hipertensi semakin meningkat pada usia 50-an keatas, hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya sebenarnya, sebagian besar hipertensi tidak memberikan gejala ( asistomatis )Hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala dan tanda. Hal inilah mengapa sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
Klasifikasi
|
Sistol (mmHg)
|
Diastole (mmHg)
|
Normal
|
<120
|
<80
|
Prehipertensi
|
120-139
|
80-90
|
Hipertensi Tingkat 1
|
140-159
|
90-100
|
Hipertensi Tingkat 2
|
>160
|
>100
|
2. Jenis-jenis Hipertensi kehamilan
a. hipertentensi kronis
Jika
tekanan darah selama kehamilan tetapi sebelum20 minggu atau berlangsung lebih
dari 12 minggu setelah melahirkan,hal ini dikenal sebagai hipertensi kronis.
b. hipertensi Gestasional
Jika tekanan darah tinggi brkmbang
stl 20mggu kehamilan,ini d nmkan hipertensi gestasional.hiprtensi gestasional
biasanya hilang setelah kehamilan.
c.Preeklamsi Kadang hipertensi
kronis atau hipertensi Gestasional pada kehamilan menunjukkan preeklamsi,suatu
kondisi serius yg di tandai dengan TD tinggi dan protein dalam urine setelah 20
minggu kehamilan.Jika tidak di obati,preeklamsi dpt menyebabkan masalah serius
bahkan fatal-komplikasi bagi ibu dan bayi.
3. Penyebab dan Dampak Hipertensi pada Kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan
hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan
tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak satupun teori yang
dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adaptasi
kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan lain-lain.
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
4. Studi kasus Hipertensi Preeklamsia
Ny.
artalita 37btahun hamil 7 bulan,di diagnosis dokter menderita preeklamsia (TD
160/90) ,untuk menurunkan tekanan darahnya di terapi dengan nifedipin.
Pembahasan :
pada kasus di
atas, ny artalita mempunyai tekanan darah 160 / 90 yang masuk dalam kategori
hipertensi tahap 2,Ny. Artalita hamil 7 bulan dan menderita preeklamsia yang
disebabkan oleh hipertensinya tersebut sehingga pengobatannya harus
diperhatikan karena dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya. Beberapa obat
dapat memberi resiko bagi kesehatan ibu, dan dapat memberi efek pada janin juga
. selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir ( teratogenesis
), dan resiko terbesar adalah pada kehamilan 3 sampai 8 minggu. Selama
trimester ke dua dan ke tiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan secara fungsional pada janin atau dapat meracuni placenta. Terapi
yang didapat Ny. Artalita berupa pemberian nifedipin. Menurut kami terapi tersebut
tidak tepat karena pemakaian obat- obat golongan antagonis kalsium seperti
verapamil , nifedipin , dan diltiazem selama kehamilan ternyata menunjukkan
kecenderungan yang besar terjadinya hipotensi pada maternal dan menyebabkan
terjadinya hipoksia fetal. Nifedipin dapat dipakai sebagai terapi
hipertensi untuk Ny. Artalita jika digunakan bersamaan dengan mg SO4 untuk
mengatasi preeklampsianya (sebagai anti kejang ) . Namun dosis terapinya harus
diperhatikan karena dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan hipotensi yang
lebih parah. Untuk pilihan terapi sebaiknya digunakan metildopa sebagai drug
of choice , lalu dapat dipilih juga hidrolazin dan labetalol.
B. OBAT ANTIHIPERTENSI
YANG AMAN BAGI IBU HAMIL
1. α-Metildopa
1. α-Metildopa
Metildopa merupakan obat pilihan utama
untuk hipertensi kronik pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari
110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik
janin. Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme
kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan
mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas
simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac
output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks baroreseptor.
Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka waktu
yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan perkembangan
anak. Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan.
Metildopa
Nama Dagang : Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg, Medopa (Armoxindo) tablet salut selaput 250 mg, Tensipas (Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg, 250 mg, Hyperpax (Soho) tablet salut selaput 100 mg
Indikasi : Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika
tidak diperlukan efek segera.
Kontraindikasi : Depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas.
Efek samping : mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat.
Peringatan : mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada
gagal ginjal, disarankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati,
riwayat depresi.
Dosis dan aturan pakai : oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
2. Labetalol
Labetalol merupakan antihipertensi
non kardioselektif yang memiliki kerja penghambat beta lebih dominan
dibandingkan antagonis alfa. Melalui penggunaan labetalol, tekanan darah dapat
diturunkan dengan pengurangan tahanan sistemik vaskular tanpa perubahan curah
jantung maupun frekuensi jantung yang nyata sehingga hipotensi yang terjadi
kurang disertai efek takikardia. Selain itu, labetalol juga dapat melakukan
blokade terhadap efek takikardia neonates yang disebabkan oleh terapi beta
bloker pada ibu . Sehingga labetalol dapat dikatakan sebagai obat alternative
yang lebih aman dan efektif diberikan pada kehamilan.
Pemberian labetalol
dapat secara oral maupun injeksi bolus intravena. Dosis oral harian labetalol
berkisar dari 200-2400 mg/hari dengan dosis awal 2 x 100 mg. Dosis pemeliharaan
biasanya 2 x 200-400 mg/hari. Akan tetapi pada pasien dengan hipertensi gawat,
dosis dapat mencapai 1,2 hingga 2,4 gram/hari.
Labetalol sebagai suntikan bolus intravena secara berulang-ulang 20-80 mg untuk mengobati hipertensi gawat. Mabie, dkk (1987) memberikan labetalol 10 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tekanan darah tidak berkurang dalam waktu 10 menit, pasien diberi 20 mg. Dalam 10 menit berikutnya adalah 40 mg yang diikuti 40 mg dan kemudian 80 mg apabila belum tercapai respon yang bermanfaat. Sedangkan The Working Group (2000)merekomendasikan bolus 20 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tidak efektif dalam 10 menit, dosis dilanjutkan dengan 40 mg, kemudian 80 mg setiap 10 menit, hingga dosis total sebanyak 220 mg.
Efek samping yang sering timbul adalah kelelahan, lemah, sakit kepala, diare, edema, mata kering, gatal pada kulit kepala dan seluruh tubuh serta susah tidur. Hipotensi postural juga dapat terjadi akan tetapi sangat jarang.
C. PENGOBATAN
HIPERTENSI PADA IBU HAMIL
Banyak sekali tipe obat berbeda yang
dapat digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang disebut
dengan antihypertensive medicines (obat-obat anti hipertensi). Tujuan
pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah dan mengembalikannya pada
ukuran normal dengan obat-obat yang mudah di konsumsi, tersedia, jumlahnya
sedikit mungkin, jika memungkinkan tanpa ada efek samping. Tujuan pengobatan
tersebut hampir selalu tercapai pada pengobatan hipertensi. Jika tekanan darah
tinggi hanya bisa di kendalikan dengan obat-obatan medis, maka perlu
mengkonsumsi obat-obatan itu untuk sisa hidup.
Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat).
Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi, metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat).
Penyerapan
obat dapat melalui saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui pembuluh
darah (suntikan intravena). Kehamilan sendiri mengganggu penyerapan obat karena
lebih lamanya pengisian lambung yang dikarenakan peningkatan hormon
progesteron. Volume distribusi juga meningkat selama kehamilan, estrogen dan
progesteron mengganggu aktivitas enzim dalam hati sehingga berpengaruh dalam
metabolisme obat. Ekskresi oleh ginjal juga meningkat selamakehamilan.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pengobatan hipertensi kehamilan maka perlu diketahui mekanisme pengobatan hipertensi secara umum, sebab pengobatan hipertensi secara umum tidak jauh beda dengan pengobata hipertensi pada kehamilan, tapi pada absorpsi obat dan dampak pengobatan dan hipertensi itu sendiri pada janinnya.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pengobatan hipertensi kehamilan maka perlu diketahui mekanisme pengobatan hipertensi secara umum, sebab pengobatan hipertensi secara umum tidak jauh beda dengan pengobata hipertensi pada kehamilan, tapi pada absorpsi obat dan dampak pengobatan dan hipertensi itu sendiri pada janinnya.
Jenis-jenis
obat anti hipertensi (tekanan darah tinggi)
1. Diuretics obat-obat jenis ini
membantu tubuh untuk meniadakan tubuh dari cairan dan sodium yang berlebihan
sehingga pembuluh darah tidak terlalu berat bekerja karena terlalu banyaknya
cairan dalam tubuh.
2.
ACE inhibitor bekerja dengan mencegah suatu bahan kimia dalam darah,
angiotensin I, dari yang diubah menjadi suatu zat yang meningkatkan retensi
garam dan air dalam tubuh. Obat ini juga membuat pembuluh darah rileks, yang
selanjutnya mengurangi tekanan darah.
Obat ini bertindak
pada langkah selanjutnya dalam proses yang sama yang ACE inhibitor
mempengaruhi. Seperti inhibitor ACE, mereka menurunkan tekanan darah dengan
pembuluh relaxingblood.
3. Beta
blockers
mempengaruhi respon tubuh terhadap impuls saraf tertentu. Hal ini, pada
gilirannya, menurunkan tingkat kekuatan dan kontraksi jantung, yang menurunkan
tekanan darah.
4. Dilator
Pembuluh darah (vasodilator), seperti hydralazine (Apresoline) dan minoxidil
(Loniten). Obat ini menurunkan tekanan darah dengan relaksasi otot-otot di
dinding pembuluh darah.
5.
Kalsium channel blockers, seperti amlopidine (Norvasc), diltiazem (Cardizem), isradipine
(DynaCirc), nifedipin (Adalat, Procardia), dan Obat verapamil (Calan, Isoptin,
Verelan). di grup ini memperlambat gerakan kalsium ke dalam sel pembuluh darah.
This relaxes the blood vessels and lowers blood pressure.
Hal ini menenangkan
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
Obat ini mengontrol tekanan darah dengan menghilangkan kelebihan garam dan air dari tubuh.
Obat ini mengontrol tekanan darah dengan menghilangkan kelebihan garam dan air dari tubuh.
6. Saraf
blocker,
seperti methyldopa alpha (Aldomet), clonidine (Catapres), guanabenz (Wytensin),
guanadrel (Hylorel), guanethidine (Ismelin), prazosin (Minipress), derivatif
rauwolfia (reserpin), dan terazosin (Hytrin).. Obat ini kontrol impuls saraf di
sepanjang jalur saraf tertentu. Hal ini memungkinkan vesselsto darah rileks dan
menurunkan tekanan darah.
Prinsip pengobatan Hipertensi
Mengurangi
besarnya desakan isi pembuluh terhadap dinding arteri dengan cara :
a. mengurangi besarnya isi volume darah
b. membuat pembuluh darah lebih rileks, tidak spasme/kejang
c. melebarkan pembuluh darah.
a. mengurangi besarnya isi volume darah
b. membuat pembuluh darah lebih rileks, tidak spasme/kejang
c. melebarkan pembuluh darah.
Akibat yang ditimbulkan oleh hipertensi
a. hipertropi otot jantung akibat dari hiperfungsi
b. penebalan dinding pembuluh darah, (arteriosklerosis) karena usaha menahan
a. hipertropi otot jantung akibat dari hiperfungsi
b. penebalan dinding pembuluh darah, (arteriosklerosis) karena usaha menahan
c. naiknya tekanan pada dinding pembuluh.
d. Meningkatnya fragilitas pembuluh darah, sehingga rentang terjadi rupture dan perdarahan pada otak maupun organ lain..
d. Meningkatnya fragilitas pembuluh darah, sehingga rentang terjadi rupture dan perdarahan pada otak maupun organ lain..
OBAT DIURETIK
Obat diuretik
adalah sekelompok obat yang bekerja langsung padaginjal dan meningkatakan
produksi urin dan garam Natrium.Efek utama diuretik adalah mengurangi reabsorpsi
nsatrium dan klorida pada tubuli ginjal, sedangkan bertmbahnya pengeluara air
adalah akibat sekndr dari ekskresi garam tersebut. Dalam klinik diuretic
dipakai pada pengobatan edema, hpertensi, dan kadag kadang dipakai untuk
pencegahan kegagalan ginjal kuat.
Pada prinsipnya, diuretik akan meningkatkan volume urin. Hal
ini akan menurunkan volume cairan eksraseluler (terutama darah). Pengurangan
volume ini akan menurunkan cardiac output sehingga akhirnya tekanan darah juga
menurun. Nah yang ada di otot polos vaskuler akan menurunkan resistensi
vaskuler dan juga menyebabkan penurunan tekanan darah.
Ada 5 jenis obat diuretik yang dibahas di sini yaitu
diuretik osmotik, inhibitor karbonik anhidrase, loop diuretik (diuretik kuat),
tiazid dan diuretik hemat kalium (potassium sparing diuretik).
1. DIURETIK OSMOTIK
Diuretik osmotik itu mengacu pada zat non elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal serta menarik air. Ada empat syarat suatu zat dikatakan diuretik osmotik, yaitu:
1. Difiltrasi secara bebeas oleh glomerulus
2. Tidak/sedikit direabsorpsi oleh tubulus
3. Bersifat inert (sukat bereaksi)
4. Tidak dimetabolisme
Contohnya adalah mannitol (paling umum), urea, gliserin, dan isosorbid.
Diuretik osmotik itu mengacu pada zat non elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal serta menarik air. Ada empat syarat suatu zat dikatakan diuretik osmotik, yaitu:
1. Difiltrasi secara bebeas oleh glomerulus
2. Tidak/sedikit direabsorpsi oleh tubulus
3. Bersifat inert (sukat bereaksi)
4. Tidak dimetabolisme
Contohnya adalah mannitol (paling umum), urea, gliserin, dan isosorbid.
Cara kerja
obat diuretik osmotik adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik dalam
lumen tubular (makanya namanya diuretik osmotik). Hal ini menyebabkan ekskresi
air dan elektrolit meningkat. Elektrolit tersebut yaitu Na, K, Ca, Mg, HCO3 dan
fosfat.
Pemberian manitol dan urea adalah secara intravena, sedangkan gliserin dan isosorbid dapat diberikan per oral. Gliserin paling banyak dimetabolisme yaitu sebesar 80% dan manitol 20%. Urea dan isosorbid tidak dimetabolisme. Semua obat ini diekresi melaluiginjal.
Indikasi
pemberian:
1. Glaukoma dan edema otak (sering dipakai)
2. Sindroma disekuilibrium ( waktu dialisis kan bisa terjadi penarikan air yang berlebihan sehingga timbul hipovolemia, orangnya jadi hipotensi, sakit kepala, kejang dan depresi)
3. profilaksis pada penyakit nekrosis tubular akut (ATN) akibat bedah, trauma atau pemberian media kontras pada pemeriksaan radiologi ginjal.
1. Glaukoma dan edema otak (sering dipakai)
2. Sindroma disekuilibrium ( waktu dialisis kan bisa terjadi penarikan air yang berlebihan sehingga timbul hipovolemia, orangnya jadi hipotensi, sakit kepala, kejang dan depresi)
3. profilaksis pada penyakit nekrosis tubular akut (ATN) akibat bedah, trauma atau pemberian media kontras pada pemeriksaan radiologi ginjal.
Efek
samping:
1. Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena peningkatan volume plasma pada awal pemberian.
2. hiponatremia dan hipovolemia
3. reaksi hipersensitivitas
4. Trombosis vena, hiperglikemia dan glikosuria (pemberian gliserin)
1. Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena peningkatan volume plasma pada awal pemberian.
2. hiponatremia dan hipovolemia
3. reaksi hipersensitivitas
4. Trombosis vena, hiperglikemia dan glikosuria (pemberian gliserin)
Kontraindikasi (keadaan-keadaan dimana obat ini tidak boleh diberikan):
1. Gagal ginjal dengan anuria
2. Edema paru dan dehidrasi
3. Perdarahan intrakranial karena obat ini menarik air dari cairan otak
2. INHIBITOR KARBONIK ANHIDRASE
Karbonik anhidrase adalah enzim yang
bekerja pada reaksi CO2 + H2O menjadi H2CO3 dan sebaliknya. Inhibitor karbonik
anhidrase (untuk selanjutnya disingkat IKA) bekerja pada beberapa tempat. Di
ginjal, IKA menghambat reabsorpsi bikarbonat (HCO3-) dan mengurangi pertukaran
Na-H sehingga NaHCO3 dieksresi bersama air. Inilah efek diuretiknya.
Pada mata, menghambat pembentukan aqueus humor (cairan mata), mengurangi tekanan intra okuler (terapi pada glaukoma). Pada CNS, IKA memiliki efek antikonvulsan (anti kejang).
Pada mata, menghambat pembentukan aqueus humor (cairan mata), mengurangi tekanan intra okuler (terapi pada glaukoma). Pada CNS, IKA memiliki efek antikonvulsan (anti kejang).
Yang termasuk IKA adalah asetazolamid, diklorfenamid dan metazolamid.
Di dalam sel tubuli ginjal, IKA menghambat perubahan CO2 + H2O menjadi H2CO3 sehingga pembentukan H+ dan HCO3- di tubuli juga berkurang. Jumlah H+ untuk diekskresi dan ditukar dengan Na akan berkurang sehingga ekskresi Na+ akan meningkat (untuk mereabsorpsi Na, maka H+ harus dieksresi). Pada akhirnya, akan terjadi peningkatan ekskresi air. HCO3- juga akan diekskresi sehingga darah cenderung menjadi asam (asidosis) sementara urin menjadi alkalis. Ekskresi kalium juga akhirnya meningkat.
Efek
samping
1. Asidosis metabolik akibat peningkatan ekskresi HCO3-
2. Batu ginjal (batu fosfat dan kalsium)
3. Peningkatan sekresi NaHCO3 meningkatkan eksresi K
4. Parestesia, disorientasi
1. Asidosis metabolik akibat peningkatan ekskresi HCO3-
2. Batu ginjal (batu fosfat dan kalsium)
3. Peningkatan sekresi NaHCO3 meningkatkan eksresi K
4. Parestesia, disorientasi
Obat ini tidak boleh diberikan pada penderita sirosis hati
karena dapat menghambat konversi NH3 menjadi NH4+, akibatnya NH3 menumpuk di
darah (hiperammominemia). Inilah yang menyebabkan disorientasi karena amonia
merupakan toksik pada CNS.
IKA diindikasikan pada :
1. pasien glaukoma, epilepsi
2. paralisis periodik familial
3. alkalosis metabolik (inget aja kerja IKA adalah mengurangi reabsorpsi HCO3 sehingga kadar HCO3 di darah akan menurun)
4. acute mountain sickness (gejala mual, muntah, pusing, dan insomnia yang biasanya dialami para pendaki gunung saat berada di ketinggian lebih dari 3000 m)
5. alkalinisasi urin (dengan banyaknya HCO3 di urin, maka pembentukan batu sistin dan urat dapat dicegah.
3.
THIAZIDE
Termasuk kelompok obat ini adalah hidroklorotiazid (HCT), klorotiazid, bendroflumetiazid, klotalidone, metolazone dan indapamide
Thiazide disekresi oleh tubulus proksimal namun baru bekerja di tubulus kontortus distal. Ia bekerja dengan menghambat simporter Na dan Cl dari lumen ke tubular. Pada keadaan normal, simporter ini berfungsi membawa Na dan Cl dari lumen ke sel epitel tubulus. Akibatnya, ekskresi Na dan Cl akan meningkat (tentunya disertai dengan ekskresi air juga). Beberapa juga memiliki efek inhibitor karbonik anhidrase yang lemah.
Selain meningkatkan ekskresi Na dan Cl, thiazide juga meningkatkan ekskresi kalium. Ia juga menghambat sekresi asam urat sehingga dapat menyebabkan hiperurisemia dan gout. Melalui mekanisme yang belum diketahui, obat ini juga dapat mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Karena ekskresi kalsium kurang, maka kalsium akan meningkat kadarnya di darah sehingga obat ini mampu menghambat progresifitas osteoporosis. Ekskresi magnesium pun dibuat meningkat olehnya.
Efek samping :
1. hipokalemia, menyebabkan peningkatan resiko toksisitas digitalis (obat anti aritmia)
2. Hiponatremia dan hipomagnesemia (kekurangan magnesium)
3. hiperurisemia
4. hiperglikemia dan hiperkolesterolemia, sehingga tidak dianjurkan untuk penderita DM dan dislipidemia
5. hiperkalsemia (jangka panjang). Bagus buat orang tua karena mengurangi resiko osteoporosis
6. disfungsi seksual
Termasuk kelompok obat ini adalah hidroklorotiazid (HCT), klorotiazid, bendroflumetiazid, klotalidone, metolazone dan indapamide
Thiazide disekresi oleh tubulus proksimal namun baru bekerja di tubulus kontortus distal. Ia bekerja dengan menghambat simporter Na dan Cl dari lumen ke tubular. Pada keadaan normal, simporter ini berfungsi membawa Na dan Cl dari lumen ke sel epitel tubulus. Akibatnya, ekskresi Na dan Cl akan meningkat (tentunya disertai dengan ekskresi air juga). Beberapa juga memiliki efek inhibitor karbonik anhidrase yang lemah.
Selain meningkatkan ekskresi Na dan Cl, thiazide juga meningkatkan ekskresi kalium. Ia juga menghambat sekresi asam urat sehingga dapat menyebabkan hiperurisemia dan gout. Melalui mekanisme yang belum diketahui, obat ini juga dapat mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Karena ekskresi kalsium kurang, maka kalsium akan meningkat kadarnya di darah sehingga obat ini mampu menghambat progresifitas osteoporosis. Ekskresi magnesium pun dibuat meningkat olehnya.
Efek samping :
1. hipokalemia, menyebabkan peningkatan resiko toksisitas digitalis (obat anti aritmia)
2. Hiponatremia dan hipomagnesemia (kekurangan magnesium)
3. hiperurisemia
4. hiperglikemia dan hiperkolesterolemia, sehingga tidak dianjurkan untuk penderita DM dan dislipidemia
5. hiperkalsemia (jangka panjang). Bagus buat orang tua karena mengurangi resiko osteoporosis
6. disfungsi seksual
Tiazide berinteraksi dengan digitalis dan menyebabkan resiko aritmia menjadi meningkat. Obat ini juga mengurangi efikasi antikoagulan, anti diabetik dan dan urikosurik.
Thiazide diindikasikan pada hipertensi, gagal jantung ringan hingga sedang, edema, diabetes insipidus nefrogenik (nefrogenik artinya ADH nya normal, namun reseptor ginjal gagal merespon ADH), mencegah kehilangan kalsium pada penderita osteoporosis dan nefrolitiasis kalsium.
4.
DIURETIK HEMAT KALIUM (POTASSIUM SPARING
DIURETIK)
Termasuk dalam kelompok obat ini adalah
Termasuk dalam kelompok obat ini adalah
a. Inhibitor kanal Na (amiloride dan
triamteren)
b.
Antagonis aldosteron (spironolactone, eplerenone).
Pada mekanisme inhibitor kanal Na, obat ini dapat menghambat reabsorpsi Na sekaligus mengurangi sekresi K. Pada mekanisme antagonisme aldosteron, obat diuretik hemat kalium (DHK) mem-blok reseptor aldosteron sehingga mengurangi reabsorpsi Na dan K pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes. Dengan demikian, ekskresi K juga berkurang.
Karena efeknya yang relatif lemah, DHK biasanya dikombinasikan dengan diuretik lain. Selain itu, dengan dikombinasikan bersama obat lain resiko hipokalemia dapat dihindari. Penggunaan jangka panjang DHK ternyata memberikan efek kardioprotektif dengan mencegah hipertrofi dan fibrosis miokard.
Efek samping obat ini termasuk hiperkalemia, efek anti androgenik, dan anemi megaloblastik (jenis obat triamteren) karena obat ini adalah antagonis folat (kalau di buku farmakologi dan terapi disebutkan bahwa obat ini menghambat kerja enzim dihidrofolat reduktase). Folate sebagaimana yang kita tahu berfungsi dalam pematangan inti sel darah merah.
DHK diindikasikan pada pasien hipertensi, namun biasanya pemakaiannya dikombinasikan dengan antihipertensi lain untuk memperkuat efek dan mencegah hipokalemia. Hati-hati pemberian triamteren pada kondisi hiperkalemia atau kondisi yang rentan untuk terjadinya hiperkalemia (seperti gagal ginjal atau sedang dalam pengobatan dengan ACE inhibitor, ARB, NSAID dan suplemen kalium. ACE inhibitor dan ARB akan menurunkan sekresi aldosteron sehingga bahaya hiperkalemia semakin besar).
5.
DIURETIK LOOP/HIGH CEILING
Diuretika golongan ini
merupakan diuretika yang sangat poten (high
efficacy). Diuretika ini dapat menghasilkan ekskresi 15-30% natrium yang
difiltrasikan, dengan mulai kerja yang cepat, tetapi masa kerjanya pendek (4-6
jam). Jadi berbeda dengan tiazid yang memiliki masa kerja panjang (8-12 jam
untuk HCT, klorotiazid, dan siklopentiazid), 24 jam untuk bendroflumetiazid,
dan bisa sampai 2-3 minggu untuk klortalidon.
Mekanisme
Kerja
Kerja utama diuretika
loop adalah mengurangi reabsorpsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam
intersitium pada ascending limb of Henle.
Asam etakrinat juga
mempunyai efek hambatan terhadap rebsorpsi natrium pada tubuli distal.
Pertukaran Na-K
bertambah karena banyaknya jumlah natrium yang masuk ke dalam lumen tubuli
distal, sehingga hasil akhir pemberian diuretika loop akan meningkatkan volume
urin yang di keluarkan serta kehilangan lebih banyak natrium, klorida dan
kalium. Kehilangan ION CL berlebihan bisa menginduksi tejadinya alkalosis
metabolisme (alkalosis metabolik hipokleremik), dan hilangnya ion K dapat
mempermudah timbulnya intoksikasi digitalis.
Efek
Samping
Efek samping dapat
berupa hipotensi atau syok, hipokalemi, hiperurikemi, pembesaran prostat,
ototoksistas (di prhebat bila di berikan bersama gentmisin).
Penggunaan
Klinis
Penggunaan klinis
diuretika loo ini meliputi edema paru akut, edema pada penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakit hati. Juga pada keadaan hiperkalesmi dan hiperkalemi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah
suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah
(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan
darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital
lainnya.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belumdiketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak satupun teori yang dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adptasi kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan lain-lain.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah dan mengembalikannya pada ukuran normal dengan obat-obat yang mudah di konsumsi, tersedia, jumlahnya sedikit mungkin, jika memungkinkan tanpa ada efek samping.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belumdiketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak satupun teori yang dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adptasi kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan lain-lain.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah dan mengembalikannya pada ukuran normal dengan obat-obat yang mudah di konsumsi, tersedia, jumlahnya sedikit mungkin, jika memungkinkan tanpa ada efek samping.
3.2 SARAN
Pengobatan tekanan darah tinggi dimulai
dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan tekanan darah
dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Jika perubahan-perubahan itu
tidak memberikan hasil, mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat untuk
penderita darah tinggi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan
jika anda harus mengkonsumsi obat-obatan, alangkah baiknya disertai dengan
perubahan gaya hidup yang dapat membantu anda mengurangi jumlah atau dosis
obat-obatan yang anda konsumsi.
Pada Ibu hamil
sebaiknya sering melakukan ANC untuk mengetahui kondisi janin maupun
perkembangannya agar segala hal yang mengarah patologis dapat diantipasi
segera.
DAFTAR
PUSTAKA
Nugroho,Agung
Endro.2012.Farmakologi Obat-Obat Penting Dalam Pembelajaran Ilmu Farmasi Dan
Dunia Kesehatan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Anief,Moh.2007.Penggolongan
Obat.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar